Tampilkan postingan dengan label serispiritualitasekaristi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label serispiritualitasekaristi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 09 Maret 2024

Mengenal Pengertian Liturgi (Bagian 8)


Liturgi adalah Transformational!

Dalam kerangka TB-SRFMT, unsur "Transformational" atau transformasional menjadi aspek penting dalam liturgi. Liturgi tidak hanya tentang melakukan serangkaian ritual atau mengingat peristiwa masa lalu; lebih dari itu, liturgi merupakan proses transformasi, baik secara pribadi maupun komunal.

Mengapa unsur transformasional ini penting dalam liturgi? Ada beberapa alasan utama:

Perubahan Hati dan Pikiran: Salah satu tujuan utama dari liturgi adalah untuk membawa perubahan dalam kehidupan umat beriman. Melalui partisipasi dalam liturgi, hati dan pikiran kita dibentuk kembali. Kita diajak untuk berpaling dari dosa, memperbarui komitmen kita kepada Kristus, dan menjadi lebih terbuka terhadap tuntunan Roh Kudus. Liturgi menjadi sarana di mana kita mengalami pertobatan dan pertumbuhan spiritual.

Merefleksikan Kristus dalam Kehidupan Sehari-hari: Liturgi mengajak kita untuk tidak hanya menjadi pendengar firman Tuhan, tetapi juga pelaksana firman tersebut. Melalui liturgi, kita belajar bagaimana menerapkan ajaran Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Ini termasuk menunjukkan kasih, belas kasih, dan keadilan dalam interaksi kita dengan orang lain.

Kekuatan Komunitas: Liturgi juga memiliki aspek transformasional dalam konteks komunal. Saat kita berkumpul sebagai komunitas iman, kita saling mendukung dan memperkuat satu sama lain. Melalui liturgi, komunitas diperbaharui dan diutus untuk menjadi cahaya dan garam dunia, membawa perubahan positif dalam masyarakat.

Penguatan Iman dan Harapan: Setiap perayaan liturgi memberi kita kekuatan dan harapan baru. Di dalam dunia yang sering kali penuh dengan tantangan dan kesulitan, liturgi menjadi sumber kekuatan untuk terus berjuang dan berharap. Ini seperti mengisi ulang baterai spiritual kita, memampukan kita untuk menghadapi apa pun yang mungkin datang.

Bayangkan seorang atlet yang rutin berlatih dan mengikuti program latihan tertentu. Melalui latihan yang konsisten dan terstruktur, atlet tersebut menjadi lebih kuat, lebih cepat, dan lebih terampil. Demikian pula dengan liturgi, melalui partisipasi rutin dan berkomitmen, kita 'dilatih' secara spiritual, menjadi lebih matang dalam iman dan lebih efektif dalam menjadi saksi Kristus di dunia.

Liturgi sebagai proses transformasional menuntut respons aktif dari kita. Ini bukan hanya tentang apa yang kita terima, tetapi juga tentang bagaimana kita menanggapi dan menerapkan apa yang kita alami dalam liturgi ke dalam kehidupan kita. Proses transformasi ini berlangsung seumur hidup dan melibatkan seluruh aspek keberadaan kita.

© Mysterium Fidei

#serispiritualitasekaristi

Mengenal Pengertian Liturgi (Bagian 7)


 Liturgi adalah Memorial!

Dalam konsep Liturgi adalah TB-SRFMT (Tindakan Bersama yang Sakral, Ritual, Formal, Memorial, dan Transformational), dimensi "Memorial" merupakan dimensi penting dalam liturgi. Tapi, apa maksudnya bahwa liturgi adalah sebuah memorial? Liturgi disebut sebagai memorial karena dalam liturgi kita mengenangkan apa yang terjadi di masa yang lalu. Akan tetapi, kenangan dalam liturgi bukan hanya sekedar kenangan di masa lalu saja, tetapi sungguh dihadirkan dan dihidupi kembali saat liturgi tersebut di rayakan.

Tindakan mengenangkan dan sambil menghadirkan kenangan tersebut kini dan di sini, tidak berarti bahwa liturgi adalah sebuah pertunjukan teaterikal atau dramatisasi. Liturgi jauh lebih dalam daripada hanya mencoba mengulang sesuatu yang sudah terjadi di masa lampau dalam sebuah drama dimana terdapat banyak peran di dalamnya. Di dalam liturgi kita tidak berperan sebagai orang lain. Kita hadir sebagai diri kita sendiri, dan kehadiran Tuhan dalam liturgi juga bukan seperti kehadiran dalam seni peran! 

Oleh karena itu, sangat keliru jika kita mencoba mendramatisasi peristiwa-peristiwa liturgi, dengan berbagai bentuk drama-drama singkat. Misalnya: Dalam prosesi Minggu Palma ketika Yesus masuk dengan mengendarai seekor keledai, tidak perlulah kita mendramatisasinya dengan meminta imam kita untuk berarak sambil mengendarai entah keledai, entah kuda, entah sepeda. Tindakan memorial dalam perayaan liturgi djauh lebih mendalam daripada sekedar dramatisasi seperti itu. Oleh karena itu dalam kurban Ekaristi pun, kita tidak mendramatisasi Kristus yang dikorbankan bagi keselamatan kita berkali-kali di altar, karena kurban Kristus adalah kurban yang sudah sempurna dan tidak perlu diulang-ulang.

*© Mysterium Fidei*

#serispiritualitasekaristi

Kamis, 25 Januari 2024

Mengenal Pengertian Liturgi (Bagian 6)

Liturgi adalah Formal!

Dalam konsep TB-SRFMT (Tindakan Bersama yang Sakral, Ritual, Formal, Memorial, dan Transformational), aspek "Formal" sangat penting dalam liturgi. Liturgi dianggap formal karena memang ada aturan-aturan tertentu yang berlaku.

Mungkin timbul pertanyaan, "Apakah lebih baik jika liturgi lebih fleksibel dan tidak terlalu kaku?" Untuk memahami mengapa liturgi bersifat formal, perlu dipertimbangkan dua alasan utama:

1. Liturgi Merayakan Iman: Liturgi adalah ekspresi perayaan iman kita. Oleh karena itu, teks-teks dalam liturgi, yang meskipun tampak formal dan tidak fleksibel, sangat penting karena kita tidak boleh merayakan iman yang salah. Keformalan teks-teks liturgi bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam merayakan iman kita.

2. Liturgi sebagai Perayaan Universal: Liturgi adalah salah satu pemersatu Gereja Katolik di seluruh dunia. Baik di Indonesia, Eropa, Amerika, atau mana pun, liturgi dirayakan dengan cara yang sama. Keformalan liturgi inilah yang mempersatukan kita.

Bayangkan acara internasional dengan dress code formal; kita akan membayangkan mode fashion yang seragam. Keformalan dalam liturgi bukan sesuatu yang harus dibenci, tetapi sesuatu yang harus disyukuri karena menjamin kebenaran iman kita dan menjaga kesatuan kita.

Anggaplah liturgi seperti sebuah permainan sepak bola. Dalam sepak bola, ada aturan-aturan yang jelas dan formal yang harus diikuti - seperti aturan offside, cara melakukan tendangan penalti, dan sebagainya. Aturan-aturan ini, meskipun tampak kaku, penting untuk memastikan permainan berlangsung adil dan dapat dinikmati oleh semua pemain dan penonton. Tanpa aturan ini, permainan akan menjadi kacau dan kehilangan esensinya. Demikian pula dengan liturgi, keformalan dan aturan-aturannya membantu menjaga kekudusan, keseragaman, dan kebenaran iman yang kita rayakan bersama.

Inilah adalah cara pandang yang tepat untuk memandang aturan-aturan baku dalam liturgi.

© Mysterium Fidei

#serispiritualitasekaristi

Selasa, 23 Januari 2024

Mengenal Pengertian Liturgi (Bagian 5)



Liturgi adalah Ritual!

Dalam konsep Liturgi adalah TB-SRFMT (Tindakan Bersama yang Sakral, Ritual, Formal, Memorial, dan Transformational), dimensi "Ritual" merupakan dimensi penting dalam liturgi. Tapi, apa maksudnya bahwa liturgi adalah ritual? Liturgi disebut sebagai ritual karena dalam liturgi terdapat begitu banyak simbol.

Sebagai simbolis manusia selalu dikelilingi dengan berbagai macam simbol dalam hidup sehari-hari, misalnya: uang, lampu lalu lintas, zebra cross, dsb. Demikian pula dalam perayaan liturgi ada berbagai macam simbol mulai dari mencelupkan tangan ke air suci ketika masuk gereja, patung-patung orang kudus, jalan salib, dan selama perayaan ekaisti. 

Akan tetapi, karena seringkali tidak mengerti dengan begitu banyak simbol yang ada dalam liturgi, kerapkali simbol-simbol itu dihilangkan atau diubah-ubah dengan alasan demi kepraktisan dan efisiensi baik waktu maupun materi. Misalkan: Ketika bacaan kitab suci dibacakan, itu adalah simbol bahwa Allah yang sedang berbicara secara langsung kepada kita umatnya dalam posisi duduk (yang maknanya siap mendengarkan). Akan tetapi, banyak kali justru sikap duduk dimaknai sebagai waktu istirahat, sehingga ketika duduk banyak umat yang justru menggunakannya untuk memeriksa atau menggunakan ponsel dan tidak sadar bahwa Allah sedang berbicara kepada mereka.

Oleh karena itu, beberapa hal dapat kita lakukan untuk meningkatkan kesadaran kita bahwa liturgi adalah sebuah ritual yang kompleks dan bermakna:

1. Ikutilah tata cara liturgi yang ada dengan setia.

2. Berusahalah untuk memperkaya diri Anda dengan pemahaman makna dan simbol-simbol ritual dalam liturgi entah dengan bertanya atau melalui buku atau internet agar semakin bisa menghargai simbol-simbol ritual dalam liturgi

3. Sadarlah dengan apa yang Anda ucapkan atau doakan dalam liturgi. Misalnya: entah sudah berapa kali kita mendoakan Bapa Kami atau Salam Maria, tetapi berapa dari kita yang sungguh memahami maknanya.


© Mysterium Fidei

#serispiritualitasekaristi

Untuk bergabung dengan grup 'Mysterium Fidei' (Info liturgi untuk umat), cukup klik di sini.

Senin, 22 Januari 2024

Mengenal Pengertian Liturgi (Bagian 4)



Liturgi adalah Sakral!

Liturgi adalah Tindakan Bersama yang Sakral, Ritual, Formal, Memorial dan Transformational (TB-SRFMT).

Mengapa Liturgi disebut Sakral (Suci)? Alasan utama yang menjadikan mengapa liturgi itu sakral adalah karena Allah hadir dalam perayaan liturgi tersebut. Allah hadir dalam perayaan liturgi karena Ia ingin menguduskan (sanctifikasi) manusia, sedangkan manusia menyambut anugerah penyucian dari Allah ini dengan memuji dan memuliakan nama Allah (glorifikasi).

Kehadiran Allah inilah yang jelas membedakan perayaan liturgi dengan perayaan-perayaan lainnya. Oleh kaena itu, tujuan utama dalam kegiatan liturgi adalah untuk memuji dan memuliakan Tuhan dan bukan yang lain. Sayangnya seringkali baik imam maupun umat tergoda untuk membuat tujuan baru dalam perayaan liturgi. Banyak ide-ide baru seputar liturgi memiliki tujuan hanya sekedar supaya perayaan liturgi lebih meriah dan menarik secara manusiawi, dan justru kadang membuat tujuan asli dari liturgi untuk memuliakan Allah menjadi bergeser.


Oleh karena itu, beberapa hal yang perlu kita ingat agar kita menjaga kesakralan dalam liturgi:

1. Para imam harus ingat bahwa dirinya adalah pelayan sakramen. Yang mereka layani adalah Allah yang ingin bertemu dengan umatnya. Perayaan liturgi harus disusun agar Umat dapat bertemu dengan Allahnya sesiap mungkin.

2. Persiapkan dengan baik kehadiran Anda dalam perayaan liturgi. Jika akan bertemu dengan pejabat saja Anda tepat waktu dan berpakaian pantas, bagaimana mungkin dalam perayaan liturgi, ketika Anda akan bertemu dengan Allah, anda tidak hadir tepat waktu dan berpakaian pantas.

3. Jagalah sikap hormat dan keheningan dalam perayaan liturgi. Masukilah ruangan gereja dengan tenang dan berdoalah. Jagalah diri Anda dari pembicaraan-pembicaraan dengan suara keras yang dapat mengganggu orang-orang yang sedang berbicara dengan Tuhannya (berdoa) di sekeliling Anda.

© Mysterium Fidei

#serispiritualitasekaristi

Untuk bergabung dengan grup 'Mysterium Fidei' (Info liturgi untuk umat), cukup klik di sini.

Mengenal Pengertian Liturgi (Bagian 3)



Liturgi adalah .... Sebuah Tindakan Bersama!

Jika definisi liturgi yang yuridis dan estetis ditolak oleh Gereja, lalu bagaimana seharusnya kita mengerti "Apa itu Liturgi?" 

Pertama-tama, harus dipahami bahwa setiap definisi pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dokumen gereja banyak menuliskan definisi-definisi yang beraneka ragam tentang liturgi yang menekankan berbagai makna teologisnya. Akan tetapi, bagi kita sekarang saya ingin menekankan sebuah definisi liturgi. Saya ingin memperkenalkan sebuah definisi yang sekiranya cukup mudah untuk diingat, yakni: Liturgi adalah Tindakan Bersama yang Sakral, Ritual, Formal, Memorial dan Transformational (TB-SRFMT). Pengertian ini akan kita bahas satu-persatu.

Liturgi adalah sebuah Tindakan Bersama. Liturgi adalah sebuah perayaan iman bersama, dan bukan perseorangan. Oleh karena itu, semua yang ikut dalam liturgi diundang untuk berpartisipasi secara aktif, karena liturgi bukan sebuah pertunjukan/tontonan. Dalam liturgi, semua orang diundang untuk terlibat melalui nyanyian, doa, mendengarkan dan merespons. Oleh karena itulah dalam liturgi, ada banyak hal yang diciptakan agar semua orang bisa berpartisipasi aktif, seperti: tata gerak, musik dan nyanyian, dialog respon antara imam dan umat. Oleh karena itu, prinsip utama yang harus dipedang dalam liturgi adalah segala hal, yang menghalangi partisipasi umat harus dihindari.

Beberapa contoh hal kecil yang dapat dilihat kembali untuk mendukung partisipasi umat:

- Penataan Gereja, khususnya bangku umat. Banyak Gereja sungguh-sungguh mengejar kapasitas gereja yang benar-benar maksimal. Oleh karena itu, tidak jarang bangku-bangku disusun demikian rapatnya sehingga orang jadi tidak nyaman lagi untuk berdiri, berlutut dan melakukan gerakan liturgis lainnya.

- Dalam dialog antara imam dan umat, hendaknya masing-masing sungguh menyadari bagiannya masing-masing dan tidak saling mengambil bagian satu sama lain. Misalnya: Ketika membuat tanda salib di awal perayaan ekaristi, Imam mengatakan "Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus". Hendaknya imam menahan diri dan membiarkan umat menjawab "Amin" karena itu adalah bagian penting dalam dialog tersebut, walaupun sangat singkat.

- Pemilihan lagu yang akan dinyanyikan dalam perayaan ekaristi. Variatio semper delectat, (Variasi itu selalu menyenangkan). Lagu baru memang selalu menyenangkan untuk dibawakan, karena menghadirkan nuansa baru dalam peribadatan. akan tetapi, dalam memilih lagu, hendaknya disesuaikan antara lagu yang baru dan lagu yang sudah biasa dipakai, agar umat yang hadir tidak hanya menjadi penonton saja.


© Mysterium Fidei

#serispiritualitasekaristi

Untuk bergabung dengan grup 'Mysterium Fidei' (Info liturgi untuk umat), cukup klik di sini.

Sabtu, 20 Januari 2024

Mengenal Pengertian Liturgi (Bagian 2)



Apa Itu Liturgi? Sebuah Seni? Sebuah Keindahan?

Liturgi sering dipandang lebih dari sekedar rutinitas ibadah. Bagi banyak orang, itu adalah "ilmu tingkat tinggi", ekspresi kesalehan agung, bahkan setara dengan karya seni. Seperti pengalaman mengunjungi galeri seni yang memukau, liturgi bisa menjadi oasis penyegaran, pelarian dari kelelahan sehari-hari, mirip dengan ketenangan yang dirasakan saat berjalan di taman.

Namun, pandangan estetis ini punya batasan. Dalam ekstremnya, orang-orang yang mengadopsi definisi estetis ini melihat liturgi semata-mata sebagai pengalaman yang membangkitkan rasa kesalehan - "_Yang penting nyeesss... di hati._" Liturgi sempurna bagi mereka adalah perayaan dengan 'kemasan' yang mengagumkan, layaknya konser musik yang memukau tetapi tanpa pemahaman mendalam tentang esensinya. Ekstrem ini sering jatuh ke dalam "museum-isme" - pandangan bahwa liturgi masa lalu selalu lebih baik dan tidak mengakui perubahan ekspresi iman, dan "glamorisme" - fokus pada aksesoris dan dekorasi yang mencolok, mengabaikan bahwa Tuhan bisa hadir dalam kesederhanaan.

Mereka cenderung kurang memperhatikan ekspresi iman yang berkembang dari waktu ke waktu atau ajaran gereja yang mewujud dalam liturgi. Yang utama bagi mereka adalah liturgi yang menyentuh hati dan memuaskan rasa kehausan spiritual.

Pandangan estetis yang sempit ini telah *DITOLAK* oleh Paus Pius XII dalam ensiklik Mediator Dei sejak tahun 1947. Liturgi bukan hanya 'pameran seni rohani' atau 'konser ibadah', melainkan pertemuan yang mendalam dan berarti antara umat dengan Tuhan.


© Mysterium Fidei

#serispiritualitasekaristi

Untuk bergabung dengan grup 'Mysterium Fidei' (Info liturgi untuk umat), cukup klik di sini.

Mengenal Pengertian Liturgi (Bagian 1)

 


Apa Itu Liturgi? Sebuah Aturan?


Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan liturgi sebagai “ibadat umum di gereja” atau “tata cara kebaktian”. Definisi ini mungkin sering kita pikirkan dalam keseharian kita tentang liturgi: serangkaian aturan yang kaku dalam perayaan ekaristi. Banyak yang menganggap liturgi sebagai sesuatu yang tidak fleksibel. Bahkan, ada candaan yang mengatakan, _lebih mudah berdiskusi dengan teroris daripada dengan seorang liturgis (ahli liturgi)_.

Diskusi tentang liturgi sering kali penuh debat panjang, mencerminkan betapa eratnya liturgi dengan kehidupan rohani kita. Situasi ini jarang terjadi dalam pembahasan kitab suci atau dogma, seperti misteri Tritunggal.

Tak jarang, banyak yang merasa takut melakukan liturgi karena khawatir salah, dan lebih takut lagi terhadap kritik dan saran dari mereka yang dianggap paham liturgi. Para imam pun seringkali tidak terhindar dari rasa takut ini. Tetapi hal ini sangat alamiah, karena manusia memang cenderung takut kepada sesuatu yang tidak mereka pahami.

Rasa takut ini timbul ketika liturgi didefinisikan dengan mentalitas yuridis atau hukum. Dalam pandangan seperti ini, ahli liturgi dipandang sebagai pengendali upacara liturgi, yang hafal semua aturan peribadatan. Umat seringkali menganggap bahwa semua imam secara otomatis adalah ahli liturgi, padahal kenyataan sebenarnya juga tidak demikian. 

Pandangan untuk melihat liturgi melulu dari dimensi yuridis semacam ini telah *DITOLAK* oleh Paus Pius XII melalui ensiklik Mediator Dei sejak tahun 1947.


© Mysterium Fidei

#seristeologiliturgi

Untuk bergabung dengan grup 'Mysterium Fidei' (Info liturgi untuk umat), cukup klik di sini.

Rabu, 17 Januari 2024

Perbedaan antara Devosi dan Misa (Bagian 4)



Perbedaan antara Devosi dan Misa (Bagian 4)

Untuk menggambarkan pentingnya tidak mencampuradukkan Misa (liturgi) dengan devosi pribadi, kita bisa menggunakan perumpamaan makan malam keluarga dan makan malam di restoran:

Bayangkan dua situasi makan malam. 

Pertama, makan malam keluarga di rumah, di mana setiap anggota keluarga mungkin memilih menu makanan sendiri, mungkin ada yang makan sambil menonton TV, atau sambil membaca buku. Ini mirip dengan devosi pribadi, di mana setiap orang memiliki kebebasan untuk melakukan aktivitas rohani sesuai pilihan dan selera pribadi mereka.

Situasi kedua adalah makan malam di restoran mewah dengan aturan dan etiket tertentu. Di sini, semua tamu diharapkan mengikuti tata cara yang telah ditetapkan: duduk dengan rapi, memilih makanan dari menu yang sama, dan mengikuti urutan hidangan yang disajikan oleh pelayan. Tidak ada ruang untuk aktivitas pribadi seperti membaca buku atau menonton TV. Situasi ini menggambarkan Misa, di mana semua umat diharapkan mengikuti tata liturgi yang telah ditetapkan Gereja, dengan fokus yang sama dan partisipasi bersama dalam sakramen.

Perumpamaan ini menunjukkan bahwa sementara devosi pribadi (makan malam keluarga) memberikan fleksibilitas dan ruang pribadi, Misa (makan malam di restoran mewah) memerlukan keseragaman dan partisipasi kolektif. Mencampuradukkan keduanya, seperti melakukan devosi pribadi di tengah-tengah Misa, sama tidak tepatnya dengan membawa buku atau tablet ke restoran mewah untuk membaca sambil makan. Kedua aktivitas memiliki tempat dan waktunya masing-masing yang harus dihormati.


*©️ Mysterium Fidei*

#serispiritualitasekaristi

Untuk bergabung dengan grup 'Mysterium Fidei' (Info liturgi untuk umat), cukup klik di sini.

Perbedaan antara Devosi dan Misa (Bagian 3)



Perbedaan antara Devosi dan Misa (Bagian 3)


Mengapa pembedaan antara Devosi dan Misa ini penting?

Pembedaan antara Devosi dan Misa menjadi semakin penting sejak Pembaharuan Liturgi dalam Konsili Vatikan II. Sebelum Konsili Vatikan II, pelaku utama dalam Misa ketika itu adalah imam dan para pembantunya di sekitar altar saja. Semua bacaan dan doa memakai bahasa latin yang banyak tidak dipahami oleh umat. Bahkan, pada beberapa bagian doa (seperti Doa Syukur Agung misalnya), doa tersebut harus didoakan dengan berbisik dan tidak boleh dengan suara lantang. Hal tersebut ditambah lagi dengan pada saat itu saat merayakan Ekaristi, imam dan umat sama-sama menghadap ke timur, sehingga umat hanya bisa melihat punggung dari imam tersebut. Hanya beberapa kali saja ketika imam mengucapkan _Dominus Vobiscum_ (Tuhan bersamamu) dan beberapa kesempatan lain, imam membalikkan badannya dan menghadap umat.

Karena umat pada saat itu tidak paham apa yang diucapkan oleh imam dan juga tidak tahu apa yang terjadi di Altar (karena tidak kelihatan), oleh karena itu umat pun berusaha menyibukkan diri masing-masing dengan devosi-devosi yang mereka lakukan dari tempat duduk masing-masing. Sambil menantikan komuni, ada yang mengisi "kekosongan waktu" itu dengan doa rosario, novena, dan doa-doa devosi lainnya. Akibatnya, perayaan liturgi bercampur dengan "devosi-devosi" yang dilakukan oleh umat sendiri-sendiri. Jadi, Imam misa sendiri dan umat juga sibuk sendiri dengan devosinya masing-masing.

Sesudah Konsili Vatikan II, Gereja membaharui banyak hal dalam Misa sehingga umat bisa terlibat secara aktif. Doa dan Nyanyian diperbolehkan dalam bahasa masing-masing, imam menghadap ke umat sehingga umat sudah bisa melihat secara langsung apa yang terjadi di Altar. Dari awal hingga akhir ekaristi, umat sudah bisa memahami apa yang sedang didoakan imam dan perikop kitab suci apa yang sedang dibacakan. Dari awal hingga akhir gerak gerik imam di sekitar altar sudah bisa dilihat dengan jelas. Semua ini dilakukan agar umat sungguh bisa mengikuti misa dengan kesadaran penuh dan aktif dalam perayaan ekaristi. 

Oleh karena itu, kurang tepat rasanya jika dalam perayaan ekaristi hari ini kita masih membawa devosi di dalamnya meskipun itu dilakukan sendiri-sendiri, misalnya: berdoa rosario di tengah-tengah perayaan ekaristi, dsb. 


*©️ Mysterium Fidei*

#serispiritualitasekaristi

Untuk bergabung dengan grup 'Mysterium Fidei' (Info liturgi untuk umat), cukup klik di sini.


Perbedaan antara Devosi dan Misa (Bagian 2)



Perbedaan antara Devosi dan Misa (Bagian 2)

Saat ini, kita sering menemukan tantangan ketika orang-orang cenderung membawa unsur-unsur devosi ke dalam Liturgi. Ada kecenderungan untuk tidak membedakan antara momen devosi dan saat-saat Liturgi. Kita harus waspada terhadap kecenderungan halus ini.

Ingatlah ketika kita berdoa dalam Liturgi, "doa pujian kami tidak menambah apa-apa pada kebesaran-Mu, Tuhan", kita sedang diingatkan bahwa di dalam Liturgi, bukan aksi kita yang membuat Misa menjadi indah atau bermakna.

Berbeda dengan devosi kesalehan populer yang melibatkan emosi dan perasaan kita, Misa fokusnya berbeda. Misa bukan tentang kita, tetapi tentang Tuhan. Bukan tentang apa yang kita lakukan di hadapan Tuhan, melainkan apa yang Tuhan lakukan untuk kita.

Untuk menggambarkannya, bayangkan dalam Misa kita seperti penonton aktif yang menyaksikan pemain bola terbaik beraksi di lapangan (seperti Messi atau pemain hebat lainnya 😇). Kita terlibat penuh, aktif, dan sadar dalam 'permainan' (Misa) melalui partisipasi kita (berdiri, bernyanyi, berlutut, menjawab doa, dll), namun selalu ingat bahwa bukan kita yang 'mencetak gol'.

Seperti dalam sebuah film, Misa adalah 'Produksi Khusus' dari Tuhan. Dia adalah Produser Eksekutif. Peran kita adalah untuk 'memainkan bagian' yang ditugaskan kepada kita, entah sebagai imam, lektor, pemazmur, atau umat. Semua terlibat secara sadar, penuh, dan aktif, dan tidak ada yang hanya sekadar menjadi pemirsa. Kehadiran umat bukanlah seperti pemirsa televisi yang duduk diam saja, tetapi diharapkan sungguh umat menghayati peran mereka dengan memberikan respon tanggapan terhadap ajakan imam, berdiri, duduk, dan bernyanyi.


Itulah Misa.


*©️ Mysterium Fidei*

#serispiritualitasekaristi

Untuk bergabung dengan grup 'Mysterium Fidei' (Info liturgi untuk umat), cukup klik di sini.

Perbedaan antara Devosi dan Misa (Bagian 1)



Perbedaan antara Devosi dan Misa (Bagian 1)

Bayangkan liturgi seperti upacara kenegaraan Indonesia. Setiap elemen dalam upacara ini memiliki tempat dan urutan yang jelas dan diatur sesuai dengan protokol yang sangat terstruktur. Begitu pula dengan liturgi; kita mengikuti tata cara yang ditetapkan oleh Gereja, bukan berdasarkan keinginan pribadi kita.

Gereja membedakan antara perayaan liturgi dan berbagai bentuk devosi. Dalam devosi seperti Legio Maria, pertemuan Kharismatik, doa rosario, devosi Gua Maria, atau doa Kerahiman Ilahi, Gereja memberi kesempatan kepada umat untuk mengekspresikan devosi mereka dengan berbagai cara sesuai pilihan mereka.

Namun, perlu diingat, tindakan-tindakan devosional ini tidak bisa diterapkan ketika kita memasuki perayaan liturgi, seperti dalam Perayaan Ekaristi Kudus.

Perayaan Ekaristi adalah momen yang unik dan berbeda dari doa pribadi atau aktivitas gerejawi lainnya. Seperti upacara bendera yang memiliki tatanan, keresmian, dan aturan, demikian pula dalam Misa. Kita mungkin memiliki kebebasan dalam berdoa secara pribadi atau dalam kelompok, namun dalam Misa, kita semua bersatu dalam satu tata cara yang sama.


*©️ Mysterium Fidei*

#serispiritualitasekaristi

Untuk bergabung dengan grup 'Mysterium Fidei' (Info liturgi untuk umat), cukup klik di sini.

Mengapa ekaristi kadang rasanya membosankan?



Mengapa ekaristi kadang rasanya membosankan?

Bisakah kita memodifikasinya agar menjadi lebih meriah?


Perayaan ekaristi berasal dari bahasa Yunani eucharistia, yang artinya Puji Syukur. Oleh karena itu sebenarnya fokus kita dalam perayaan Ekaristi adalah mengucap syukur kepada Tuhan atas segala kelimpahan rahmat yang telah diberikan kepada kita. Pada saat itu, Kita berterima kasih kepada Tuhan. 

Anehnya, dalam kesempatan itu seringkali kita masih mencari kesenangan diri. Kita sering berpikir, bagaimana supaya saat berterima kasih itu (perayaan ekaristi) tidak membosankan dan bisa menjadi lebih meriah agar kita pun juga senang. Padahal sebenarnya yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana kita bisa menyenangkan hati Tuhan, karena pada saat itu kita sedang berterima kasih kepadanya.

Ada banyak hal sebenarnya yang sering membuat ekaristi kita membosankan, misalnya:

1. Kita tidak paham apa yang sebenarnya kita rayakan dalam perayaan ekaristi.

Perayaan ekaristi yang tidak kita pahami membuat perayaan ekaristi seperti menonton sebuah film berbahasa asing tanpa subtittle, padahal kita tidak tahu artinya. Sebagus-bagusnya sebuah film atau drakor, kita akan segera mengantuk ketika tidak memahami apa yang sedang terjadi.

2. Kita sudah terlalu akrab dengan Ekaristi

Jika kita memiliki teman dekat yang sering ketemu, kita tidak bisa mengharapkan bahwa setiap pertemuan akan menjadi pertemuan yang heboh dan menggemparkan. Pertemuan dengan teman lama yang sudah sering bertemu memang biasanya ya biasa-biasa saja, terkadang juga membosankan. oleh karena itu, tidak perlu merasa gelisah kalau Anda kadang merasa perayaan ekaristi membosankan, anggap saja kita sedang bertemu dengan teman dekat yang memang sudah sering bertemu.

Oleh karena itu, jika Anda sering mengalami kebosanan dalam Misa, Anda perlu mencari sebabnya, dan bukan mengubah/memodifikasi perayaan misa agar lebih meriah dan menyenangkan menurut Anda. Bukan itu tujuan utama Misa! 

Seorang santo dari Spanyol juga mengatakan, "You say the Mass is long and, I add, because your love is short." (Anda mengatakan Misa itu panjang dan, saya tambahkan, karena cinta Anda pendek.)


© Mysterium Fidei

#serispiritualitasekaristi

Untuk bergabung dengan grup 'Mysterium Fidei' (Info liturgi untuk umat), cukup klik di sini.