Pertanyaan
Di
banyak paroki kita terbiasa merayakan Perayaan Ekaristi untuk Hari Raya Natal
sebanyak 2 kali, yakni: Misa Malam Natal (24 Desember Malam) dan Misa Natal (25
Desember). Oleh karena itu, mungkin ada sebagian dari kita yang kebingungan
ketika melihat dalam teks misa ada yang disebut Misa Vigili, Misa Natal Tengah
Malam, Misa Natal Fajar dan Misa Natal Siang. Apa maksud teks-teks ini? Mengapa
ada begitu banyak Misa Natal? Bagaimana cara memilih rumusan teks yang
tepat?
Latar Belakang sejarah
Tradisi
merayakan tiga kali Misa pada Hari Natal sudah dimulai sejak dulu. Orang-orang
Kristen di Yerusalem menghadiri Misa pada tengah malam di Gua Kelahiran Yesus
di Betlehem. Kemudian, mereka kembali ke Yerusalem dan saat fajar menyingsing
(jam kebangkitan) menghadiri Misa kedua di Basilika Kebangkitan (Basilica of the Resurrection). Di Roma, kebiasaan serupa juga terjadi. Misa
tengah malam dirayakan di Gereja Santa Maria Maggiore (tempat palungan Yesus
berada); Misa Natal Fajar, di gereja St. Anastasia; dan Misa Natal Siang yang
ketiga, di Basilika Santo Petrus. Ketiga Misa tersebut dipenuhi dengan
pemikiran tentang teologi kelahiran Kristus. Berikut ini kita akan melihat
sedikit teologi dibalik setiap Misa.
Struktur Perayaan
Struktur
dari empat Misa itu sebenarnya tak ada yang istimewa; wajar saja seperti Misa
Hari Raya atau Hari Minggu Biasa. Dalam buku Misale Romawi berbahasa
Latin tidak kita temukan struktur khusus untuk Misa Natal. Misale
Romawi hanya menyediakan antifon, doa pemimpin, dan penjelasan seperlunya.
Daftar bacaan pun dicantumkan terpisah dalam buku Tata Bacaan
Misa dan setiap bacaannya dimuat
dalam Leksionarium. Bacaan-bacaan untuk empat misa Natal itu berbeda.
Teks-teks liturgis dari setiap Misa itu menegaskan kekhasan masing-masing Misa.
"Esok Pagi Engkau akan melihat Kemuliaan Tuhan" (Vigili Natal)
Misa
Vigili Natal pada tanggal 24 Desember ada di antara akhir zaman Adven dan
kedatangan Kristus dalam daging. Gereja merasa bahwa cara yang paling baik
untuk mengisi masa penantian ini ialah dengan merenungkan silsilah Yesus.
Betapa menggetarkan daftar leluhur Kristus ini! Betapa jelas silsilah itu
menunjukkan bahwa Yesus adalah benar-benar manusia, benar-benar salah satu dari
kita manusia, anak Daud (Matius 1: 1-25)! Pada saat yang sama, Gereja tampaknya
khawatir bahwa penekanan teologis ini mungkin memupuk pandangan yang terlalu
manusiawi tentang Kristus. Oleh karena itu Gereja melanjutkannya dengan
kata-kata yang diucapkan malaikat kepada Santo Joseph, "Yusuf, anak Daud,
janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di
dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus."(Mat 1: 20). Yesus adalah
Emmanuel: "Tuhan bersama kita." Dengan kata-kata ini ditambahkan ke
silsilah, kita memiliki gambaran Kristus yang utuh sesuai dengan kenyataan
penuhnya, yakni bahwa Dia adalah Allah yang berinkarnasi. Dengan kedatangan
Kristus, sebuah sejarah penantian yang panjang telah berakhir. Namun apakah ini
benar-benar sebuah akhir? Atau justru merupakan awal dari sejarah baru? Sejarah
dunia yang diperbaharui dan orang-orang yang menemukan kehidupan baru..
“Hari ini Aku telah memperanakkan-Mu” (Misa Natal Tengah Malam)
Mengapa
disebut Misa Natal Tengah Malam? Karena Misa ini memang pada mulanya dilakukan
persis pada waktu tengah malam (24 Desember menuju 25 Desember). Mengapa ada
misa tengah malam ini? Pada mulanya Gereja ingin menghayati Tradisi bahwa Yesus
lahir pada waktu malam seperti kesaksian yang dapat kita temukan dalam Lukas 2:8 yang menyebutkan bahwa Yesus lahir saat dini hari atau tengah malam. Oleh karena itulah kemudian muncul lagu Malam Kudus yang ingin
menggambarkan suasana kelahiran Yesus pada waktu malam yang sunyi senyap karena
umumnya orang sedang tertidur jam-jam itu. Unsur spesial dalam perayaan
ini adalah adanya Maklumat Natal (Kalenda) yang dinyanyikan sebelum perarakan
atau sesudah perarakan sampai di depan Altar sebelum bayi Yesus diletakkan di
kandang Natal dan didupai.
Kita
tidak boleh menyalahartikan semangat sebenarnya dari kisah kelahiran Kristus
yang dibaca di dalam Injil di Misa Natal Tengah Malam (Lukas 2: 1-14). Arti
sebenarnya dari Injil ditunjukkan oleh dua bacaan yang mendahuluinya: Yesaya 9:
2-7, yang mengatakan bahwa seorang anak diberikan kepada kita, dan Titus 2:
11-14, yang mengatakan bahwa kasih karunia Allah telah telah diwahyukan untuk
keselamatan seluruh umat manusia. Tema utama dari perayaan ini juga diungkapkan
dalam Alleluia yang menyertai prosesi Injil: "Aku memberitakan kabar
gembira yang besar kepadamu: Hari ini Juruselamat dilahirkan untuk kita."
Pesan yang sama juga dinyanyikan dalam mazmur tanggapan setelah bacaan pertama.
Seluruh bumi menyanyikan lagu baru untuk Tuhan; kemuliaan-Nya diproklamasikan
kepada bangsa-bangsa dan bangsa-bangsa, karena "Ia datang untuk menghakimi
bumi" (Mzm. 96: 13).
Secara
praktis, dengan demikian, setelah merayakan Misa Malam Natal ini kita bisa
mengucapkan Selamat Natal karena memang Perayaan Natal sudah dimulai. Namun,
kendala pastoral yang terjadi adalah ketika Perayaan Natal Tengah Malam ini
dimajukan demi kenyamanan umat yang karena alasan jarak dan kemudahan
transportasi tidak memungkinkan untuk merayakan Misa Natal pada jam 12 tengah
malam. Oleh karena itulah saat ini banyak kita jumpai bahwa Misa ini digeser pada sore hari. Di Vatican sendiri, akhir-akhir ini Paus pun memajukan
perayaan Christmas Eve ini hingga jam 21.15 demi alasan pastoral ini. Banyak
ahli liturgi yang masih memperdebatkan hal ini tetapi ada baiknya jika memang
tiap paroki mempertimbangkan realitas pastoral dan nilai teologis yang ingin
dirayakan.
“Cahaya akan bersinar bagi kita hari ini” (Misa Natal Fajar)
Kemeriahan
teks dan nyanyian di Misa Natal Tengah Malam diikuti oleh visi penuh sukacita
yang memberi hidup dalam Misa Natal Fajar. Misa ini memancarkan cahaya dari
Juruselamat yang baru lahir. Lukas melanjutkan kisahnya tentang para gembala
yang segera mencari tahu apa yang telah terjadi dan apa yang Tuhan ingin mereka
ketahui. Mereka ingin melihat, dan "melihat" dalam konteks ini
berarti untuk menyaksikan kasih Allah pada manusia. Kemuliaan Allah sangat
terkait dengan kedamaian di bumi yang berasal dari kehendak Tuhan yang datang
untuk menyelamatkan umat manusia. Sukacita yang memenuhi pesan kepada para
gembala diramalkan dalam Yesaya (62: 12).
“Seorang Anak yang baru lahir adalah Sang Pembawa Sabda dari Allah” (Misa
Natal Siang)
Prolog
St. Yohanes (1: 1-18) dipilih sebagai bacaan Injil untuk menggarisbawahi bahwa
anak kecil yang lahir bagi kita ini adalah Firman Allah, Firman Allah yang
menjelma menjadi manusia. Inilah yang Yohanes Pembaptis katakan. Sekarang
setelah Firman ini menjadi daging, seluruh dunia akan melihat keselamatan Allah
kita, inilah tema bacaan pertama (Yesaya 52: 7-10). Surat kepada orang-orang
Ibrani kemudian menyebutkan bahwa setelah berbicara dengan banyak cara lain,
Tuhan akhirnya berbicara melalui Putra-Nya yang telah Dia utus di antara kita
(Ibr 1: 1-6).
Bagaimana cara memilih Teks?
Tentu
tidak dilarang jika ada paroki yang akan merayakan 4 Misa Natal tersebut secara
utuh. Setiap imam boleh merayakan semua Misa itu, entah sebagai selebran atau
konselebran. Tentu juga tidak dilarang jika umat mau hadir dalam tiga atau
empat Misa itu.
Namun
biasanya, di sebuah paroki hanya dirayakan satu kali Misa pada tanggal 24
Desember sore dan beberapa kali misa pada tanggal 25 Desember. Untuk itu
sebaiknya formula misa yang digunakan untuk tanggal 24 Desember adalah rumusan
Misa Natal Tengah Malam (dan bukan Misa Vigili Natal), agar umat sudah bisa
ikut merayakan Misteri Inkarnasi Yesus Kristus pada hari itu. Dan untuk Misa
tanggal 25 Desember bisa digunakan kedua rumusan yang lain, yakni Misa Fajar
atau pun Misa Siang, disesuaikan dengan waktu ketika Misa dirayakan. Sesudah
setiap Misa itu berakhir kita dapat saling mengucapkan selamat karena keempat
Misa itu sudah terhitung dalam Hari Raya Natal. Jadi, tak perlu menunggu sampai
berganti hari yakni 25 Desember. Selamat Natal! Semoga Damai Natal Bersama
Kita!