Selasa, 06 Agustus 2024

Cara yang Benar untuk Menginjili

 


Cara yang Benar untuk Menginjili

Raniero Cantalamessa, pengkhotbah rumah tangga kepausan, pernah menyebutkan bahwa kita sering salah memahami perumpamaan tentang domba yang hilang. Dalam dunia kita saat ini, 99 domba yang hilang adalah mereka yang meninggalkan Gereja, sementara kita hanya fokus pada satu yang tersisa. Padahal, fokus kita seharusnya pada mereka yang tersesat.

Bagaimana Kita Dapat Menggembalakan Domba yang Hilang?

Berikut adalah empat cara untuk menginjili dan menarik kembali mereka yang telah pergi:

  1. Tawarkan Program yang Menarik:

    • Fokuslah pada kebutuhan orang di luar Gereja. Kebanyakan orang tidak akan tertarik datang ke acara keagamaan yang asing bagi mereka. Buatlah acara yang relevan, seperti malam trivia untuk anak muda atau malam film keluarga. Ini dapat menarik mereka yang merasa kesepian atau tidak memiliki tempat berkumpul.
  2. Hadir di Dunia:

    • Keluar dari kenyamanan Gereja dan temui orang-orang di lingkungan mereka. Sebagai umat beragama, kita harus menunjukkan kehadiran kita. Bagi para imam dan biarawan, mengenakan pakaian religius di tempat umum bisa menjadi tanda nyata iman. Bagi yang lain, cobalah menjelajahi tempat baru dan bertemu orang-orang baru.
  3. Bangun Hubungan:

    • Kenali nama orang-orang di sekitar Anda dan jalin percakapan. Jangan mencoba mengkonversi orang seketika, tetapi mulailah dengan membangun persahabatan dan kepercayaan. Orang lebih cenderung mendengarkan teman daripada orang asing.
  4. Berani Mengundang:

    • Meskipun kita harus menghormati kebebasan orang lain, kita juga harus berani mengundang mereka ke cara hidup baru. Kita percaya bahwa Yesus adalah jalan, kebenaran, dan kehidupan, dan penting untuk menyampaikan pesan ini dengan kasih dan keberanian.

Kesimpulan

Setiap domba yang hilang berharga bagi Tuhan, dan kita bertanggung jawab untuk mencarinya. Jangan takut untuk mengambil risiko, mengundang mereka kembali ke Gereja, dan membantu mereka menemukan kebahagiaan sejati. Mulailah dengan menawarkan program menarik, hadir di komunitas, membangun hubungan, dan berani mengundang orang ke dalam iman.

Anda bisa melakukannya. Kita semua mengandalkan Anda.

Apakah Ada Bukti Tuhan Ada? Ya

 


Apakah Ada Bukti Tuhan Ada? Ya

Di seluruh dunia, miliaran orang percaya pada Tuhan sebagai pencipta yang maha mengetahui dan maha kuasa. Mungkin sulit dimengerti bagi sebagian orang, tetapi bagi umat Katolik, keyakinan ini tidak didasarkan pada harapan kosong atau logika yang salah. Kami percaya ada bukti nyata tentang keberadaan Tuhan yang dapat ditemukan dalam Kitab Suci, doa pribadi, dan wahyu pribadi. Selain itu, ada argumen filosofis yang secara logis menunjukkan keberadaan Tuhan. Mari kita lihat beberapa argumen ini dan apa artinya bagi iman kita.

Argumen Kosmologis: Penyebab Pertama

Argumen kosmologis adalah yang paling terkenal, mengajukan bahwa segala sesuatu yang ada pasti disebabkan oleh sesuatu yang lain. Misalnya, kita ada karena orang tua kita, yang ada karena orang tua mereka, dan seterusnya. Namun, rantai ini tidak bisa berlanjut selamanya, harus ada penyebab pertama yang tidak disebabkan oleh apa pun, yang kita sebut Tuhan. Dalam hal ini, Tuhan adalah penyebab awal dari semua yang ada.

Argumen Ontologis: Konsepsi Tuhan

St. Anselm berpendapat bahwa jika kita bisa memikirkan Tuhan sebagai sesuatu yang lebih besar dari apa pun yang dapat kita bayangkan, maka Tuhan pasti ada. Jika Tuhan hanya ada dalam pikiran kita, maka keberadaan nyata-Nya akan lebih besar dari konsep kita. Jadi, Tuhan harus ada dalam kenyataan, karena tidak ada yang lebih besar dari Tuhan yang dapat dibayangkan.

Argumen Moral: Hukum Alam Semesta

Melihat sifat manusia di seluruh dunia, kita melihat kesamaan moral yang mencolok. Misalnya, pembunuhan berdarah dingin dianggap salah di mana-mana. Ini menunjukkan bahwa ada hukum moral yang tertanam dalam kita, yang tidak dibuat oleh manusia tetapi dituliskan oleh Tuhan di hati kita. Tuhan yang bijaksana menanamkan moral ini sebagai panduan bagi umat manusia.

Argumen Teleologis: Desain dan Tujuan

Melihat kompleksitas alam semesta, dari partikel subatomik hingga kedalaman otak manusia, tampaknya mustahil semua ini terjadi secara kebetulan. Ada keteraturan, keindahan, dan tujuan yang jelas di alam semesta, menunjukkan bahwa pasti ada pencipta yang cerdas—Tuhan. Seperti arloji yang rumit, alam semesta membutuhkan seorang pencipta yang cerdas untuk menciptakannya.

Kesimpulan

Argumen-argumen ini menunjukkan bahwa dunia penuh dengan bukti keberadaan Tuhan, dan pikiran kita mampu memahaminya secara logis. Namun, tidak semua orang akan yakin hanya dengan argumen ini. Iman adalah karunia yang memungkinkan kita untuk benar-benar memahami Tuhan. Bagi umat Kristen, argumen-argumen ini bukanlah senjata untuk melawan skeptis, tetapi alat yang membantu memperkuat keyakinan kita dan menunjukkan bahwa iman kita didasarkan pada logika dan penalaran yang kuat.

Mungkin Media Sosial Bukan Untuk Anda...

 


Mungkin Media Sosial Bukan Untuk Anda...

Internet mungkin adalah penemuan terbesar dalam sejarah kita. Dengan internet, kita bisa mendapatkan informasi, lagu, video, dan gambar dari seluruh dunia. Kita bisa menghubungi orang-orang dari belahan dunia lain dan membeli barang apa pun hanya dengan satu klik. Internet telah digunakan untuk menjatuhkan kediktatoran, menyebarkan demokrasi, dan menyebarkan kabar baik. Internet memang memberikan banyak manfaat dan bisa digunakan untuk tujuan yang luar biasa oleh beberapa orang. Tetapi, bagaimana dengan Anda?

Cobalah bertanya pada diri Anda sendiri: apakah hidup Anda lebih baik dengan adanya internet dan media sosial? Apakah Anda lebih bahagia dengan TikTok? Apakah Instagram membuat Anda lebih puas? Apakah Facebook membantu membangun kebajikan dalam diri Anda? Apakah waktu yang Anda habiskan di YouTube membuat Anda lebih baik secara mental, emosional, fisik, dan spiritual?

Bagi sebagian orang, jawabannya mungkin ya. Mereka menggunakan media sosial untuk menyebarkan kebahagiaan dan kebenaran, terhubung dengan orang-orang tercinta, dan belajar tentang keajaiban dunia. Itu bagus, teruskan!

Namun, bagi sebagian lainnya, media sosial bisa menjadi sumber penderitaan mental dan emosional yang besar. Banyak orang, terutama remaja putri, merasa tidak puas dengan tubuh mereka, cemas dengan penampilan, rendah diri, dan depresi. Media sosial bisa menjadi tempat untuk menyalurkan amarah dan agresi, bahkan untuk membully, membenci, dan menyebarkan kebencian. Hal ini membuat saya sedih melihat orang-orang yang mengaku Kristen, tetapi berkata hal-hal yang tidak pantas di media sosial.

Ada juga yang menggunakan media sosial untuk menyebarkan dan terjebak dalam informasi yang salah. Informasi sensasional dan kontroversial sering kali mendapat perhatian lebih, sehingga ketakutan menyebar, kebohongan diperbesar, dan pendapat yang ekstrem menjadi sorotan. Media sosial bukan untuk orang yang mudah tertipu atau lemah hati.

Bagi sebagian orang, media sosial adalah kecanduan dopamin yang selalu menginginkan lebih tetapi tidak pernah terpenuhi. Berjam-jam menggulir, mendapat sedikit kesenangan sesaat, kemudian merasakan rasa bersalah, malu, dan hampa. Sementara itu, ada banyak kebajikan yang bisa tumbuh jika waktu tidak terbuang. Ada buku yang bisa dibaca, hubungan yang bisa dipelihara, petualangan di alam yang bisa dilakukan, doa yang bisa didaraskan.

Saat kita mengevaluasi tindakan kita, kita tidak hanya perlu melihat dampaknya pada diri kita. Kita harus mempertimbangkan apa yang bisa kita lakukan sebagai gantinya. Adakah hal lain yang lebih baik yang bisa kita lakukan dengan hidup kita?

Pertanyaan Penting

Maka saya ajukan pertanyaan penting ini: Apakah media sosial membuat Anda lebih dekat dengan keselamatan dan Kerajaan Surga? Jika ya, teruskan. Ada banyak sumber daya dan peluang luar biasa yang bisa kita manfaatkan. Namun, jika tidak, jika media sosial malah membuat hidup Anda kurang bahagia dan menjauhkan Anda dari keselamatan, maka saya sarankan Anda untuk berhenti menggunakannya. Hapus akun Anda. Jangan masuk lagi. Jika media sosial menjauhkan Anda dari Kristus, ini adalah keputusan mudah untuk menjauh dan tidak pernah kembali.

Yesus mengajarkan hal ini kepada murid-muridnya. Dalam Khotbah di Bukit, Injil Matius, Ia mengatakan, jika matamu menyebabkan kamu berdosa, cungkil dan buanglah. Lebih baik kehilangan satu anggota tubuh daripada seluruh tubuh dilempar ke neraka. Jika tanganmu menyebabkan kamu berdosa, potong dan buanglah. Lebih baik kehilangan satu anggota tubuh daripada seluruh tubuh masuk neraka.

Ini tidak hanya berlaku untuk media sosial, tetapi juga untuk hal-hal lain yang membuat kita jauh dari Tuhan. Mungkin media sosial tidak menyebabkan Anda berdosa, tetapi ada hal lain seperti alkohol, makanan tertentu, tempat tertentu, atau orang tertentu. Jika hal-hal ini menyebabkan Anda berdosa, Anda perlu menghindarinya.

Sebagai manusia, kita seringkali lupa dan fokus pada saat ini tanpa memikirkan masa depan. Kita harus berhenti membuang waktu dan menyadari bahwa tidak ada yang lebih penting daripada keselamatan kita. Saatnya untuk membuat perubahan besar, terutama menjelang masa Prapaskah. Periksalah hidup Anda di media sosial dan buat penyesuaian yang diperlukan.

Untuk beberapa dari Anda, ini mungkin berarti mengenali godaan khusus yang ditimbulkan oleh media sosial dan mengubah pendekatan Anda. Mungkin Anda tidak kesulitan dengan nafsu, tetapi mengalami masalah dengan harga diri. Mungkin Anda pandai mengatur waktu, tetapi menjadi tidak ramah dalam komentar.

Lakukan pemeriksaan batin setelah Anda menggunakan ponsel sebentar dan lihat apakah ada yang perlu diubah. Mungkin pengalaman media sosial Anda tidak sepenuhnya sia-sia, tetapi ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki.

Untuk yang lain, ini mungkin berarti menghentikannya sepenuhnya, baik untuk 40 hari sebagai percobaan atau selamanya. Internet memang bisa menawarkan banyak manfaat, tetapi jika tidak membuat Anda tumbuh dalam kesucian, lebih baik menjauhinya. Beberapa orang bisa minum alkohol tanpa masalah, sementara yang lain tidak bisa. Dibutuhkan kerendahan hati dan keberanian untuk menyadari bahwa Anda termasuk dalam kelompok yang terakhir.

Apakah Anda memiliki kerendahan hati untuk mengakui bahwa Anda memiliki masalah? Apakah Anda memiliki keberanian untuk melakukan apa yang perlu Anda lakukan? Jika ada yang membuat Anda jauh dari surga, sekaranglah saatnya untuk memutuskan hubungan. Lebih baik diterima di surga dengan satu tangan dan tanpa smartphone daripada masuk neraka dengan semua aplikasi yang bisa Anda bayangkan.

Misa Katolik: Semuanya dari Kitab Suci!

 


Misa Katolik: Semuanya dari Kitab Suci!

Pernahkah Anda menghadiri Misa Katolik? Jika ya, Anda mungkin tahu bahwa Misa itu formal, agak panjang, dan penuh dengan doa serta bacaan yang sudah ditentukan. Apa yang mungkin tidak Anda ketahui adalah bahwa hampir setiap bagian dari Misa berasal dari Kitab Suci.

Awal Misa

Misa dimulai dengan Tanda Salib, mengikuti perintah Yesus dalam Matius 28 untuk membaptis dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Salam pembuka juga diambil langsung dari Alkitab, seperti "Kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus beserta kamu semua" dari 2 Korintus 13:13.

Bagian Pertama: Liturgi Sabda

Setelah salam, kita mengakui dosa kita sesuai perintah Yakobus 5:16 untuk saling mengaku dosa. Kemudian, kita menyanyikan "Gloria," yang diambil dari Lukas 2:14. Setelah itu, kita mendengarkan empat bacaan: satu dari Perjanjian Lama, satu Mazmur, satu dari Perjanjian Baru, dan satu Injil. Ini menunjukkan bahwa kita sangat peduli pada Kitab Suci.

Setelah bacaan dan homili, kita mengucapkan Syahadat, memenuhi perintah 1 Petrus 3:15 untuk selalu siap memberikan alasan atas harapan kita. Kita juga menyampaikan doa permohonan, seperti yang dilakukan dalam Kisah Para Rasul dan kitab-kitab lainnya.

Bagian Kedua: Liturgi Ekaristi

Liturgi Ekaristi mengikuti struktur Perjamuan Terakhir Yesus. Roti dan anggur dipersembahkan, mengingatkan kita akan keajaiban penggandaan roti dan persembahan dalam Perjanjian Lama. Kata-kata Yesus diulang, seperti dalam Injil Yohanes: "Inilah tubuhku, yang diserahkan bagimu." Kita menyatakan iman kita kepada kematian dan kebangkitan Yesus melalui aklamasi kenangan.

Sebelum komuni, kita berdoa "Bapa Kami," yang diajarkan Yesus dalam Matius 6. Saat komuni, kita mengingat Yesus sebagai "Anak Domba Allah," dan bersama-sama kita berdoa agar jiwa kita disembuhkan.

Akhir Misa

Misa ditutup dengan doa penutup dan berkat, mengingatkan kita untuk pergi dan memberitakan Injil kepada seluruh bangsa, seperti dalam Matius 28. Seluruh liturgi menunjukkan bahwa Misa bukanlah sekadar upacara manusia, melainkan sebuah perayaan yang sepenuhnya berakar pada Kitab Suci.

Jadi, jika ada yang mengatakan bahwa Katolik tidak peduli pada Alkitab, mereka mungkin belum pernah menghadiri Misa. Setiap gerakan, postur, dan ritual dalam Misa memiliki makna yang mendalam dan semuanya berasal dari Kitab Suci.

Takut Akan Kematian?

 


Takut Akan Kematian?

Apakah Anda takut mati? Kehilangan orang tercinta bisa sangat menyakitkan, dan dunia berkata bahwa kematian itu final. Tetapi sebagai orang Kristen, kita memiliki harapan dalam kebangkitan.

Bayangkan orang yang Anda cintai yang sudah tiada. Ingat suaranya, wajahnya, dan semua yang Anda cintai tentang mereka. Sekarang, ingatlah bahwa mereka sudah pergi. Rasanya menghancurkan, bukan? Tetapi bagaimana jika mereka bisa kembali? Apa yang akan Anda lakukan?

Kebangkitan bukanlah fantasi. Yesus Kristus mati dan bangkit kembali untuk menunjukkan bahwa kematian telah dikalahkan. Seperti kata St. Paulus, "Jika Allah di pihak kita, siapa yang bisa melawan kita?" Ini adalah fondasi iman kita.

Meskipun kita mengalami kesedihan dan kehilangan, tragedi di dunia ini tidak akan pernah menjadi akhir cerita. Kematian tidak menang. Orang-orang yang kita cintai akan bangkit lagi. Iman kita seharusnya memberi kita penghiburan dan harapan di masa depan.

Tantangannya adalah benar-benar mempercayai dan hidup tanpa rasa takut. Kita harus seperti Abraham, yang percaya bahwa Tuhan akan selalu melindungi dan mengontrol segalanya.

Sebagai orang Kristen, kita tidak perlu takut akan kematian seperti orang lain. Kita harus merangkul kehidupan dengan keyakinan akan kebangkitan. Kematian mungkin menyengat bagi sebagian orang, tetapi tidak bagi kita yang percaya.

Menjawab Pertanyaan dari Para Ateis

 


Menjawab Pertanyaan dari Para Ateis

Apakah harus beragama untuk hidup baik?
Tidak. Dalam teologi Kristen, ada yang disebut teologi alam, yang mengajarkan bahwa kebenaran, keindahan, dan kebaikan dapat ditemukan di sekitar kita di alam.

Bagaimana bisa mempercayai buku yang ditulis ribuan tahun lalu dan penuh kontradiksi?
Alkitab adalah kumpulan tulisan tentang pengalaman orang-orang tentang Tuhan, bukan kata-kata yang jatuh dari langit. Ini adalah kumpulan tulisan manusia yang terinspirasi oleh peristiwa nyata dan Tuhan yang hidup, jadi mungkin ada kesalahan manusia, tetapi pesan yang mendasar tetap penting.

Masalah terbesar saya dengan Kekristenan adalah orang-orang Kristen yang munafik.
Banyak orang yang mengaku Kristen tidak benar-benar mengikuti ajaran Yesus. Yang seharusnya kita lihat adalah tindakan mereka yang mengikuti Yesus dengan mendirikan rumah sakit, sekolah, dan memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.

Mengapa masih percaya pada Tuhan padahal kita tahu bagaimana dunia bekerja?
Meskipun sains dan teknologi berkembang pesat, ada banyak hal yang belum bisa dijelaskan sepenuhnya oleh sains. Ada misteri dan keajaiban di alam semesta yang melampaui bukti empiris.

Bagaimana Anda bisa percaya pada Tuhan tanpa bukti?
Kebenaran tidak selalu bisa diukur. Keindahan, kebaikan, dan cinta tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, tetapi kita merasakannya. Ada keajaiban di alam semesta yang tidak dapat dijelaskan oleh bukti.

Mengapa Tuhan tidak mengungkapkan diri kepada semua orang?
Tuhan pernah mengungkapkan diri, seperti dalam kehidupan Yesus, tetapi orang-orang tetap meragukannya. Kepercayaan memerlukan keyakinan dan iman, bukan hanya bukti nyata.

Tidak ada bukti bahwa Yesus pernah ada, kan?
Tidak ada bukti arkeologis atau video, tetapi ada banyak catatan sejarah dan kesaksian yang menunjukkan dampak besar kehadiran Yesus, termasuk tulisan dari sejarawan Romawi seperti Josephus.

Mengapa memilih Kekristenan di atas agama lain?
Kekristenan unik dengan teologi Trinitas dan Inkarnasi. Tuhan menjadi bagian dari ciptaan dengan menjaga keilahian-Nya, menunjukkan pengorbanan dan harapan yang indah.

Bagaimana Anda bisa percaya pada Tuhan yang mengutuk orang baik ke neraka hanya karena mereka dari agama yang berbeda?
Saya percaya keselamatan adalah melalui Kristus, tetapi saya juga percaya Tuhan tidak terikat oleh kesepakatan manusia. Tuhan melihat kebenaran dalam setiap agama dan menginspirasi setiap orang.

Mengapa Tuhan mengizinkan penderitaan?
Penderitaan terkadang membuat kita lebih kuat dan membantu kita tumbuh. Tuhan melihat gambaran besar dan kadang-kadang penderitaan diperlukan untuk tujuan yang lebih besar.

Saya tidak bisa menerima organisasi yang homofobik.
Homofobia adalah sebuah sikap yang tidak bisa dibenarkan juga dalam Gereja. Kekristenan tidak mengutuk orang berdasarkan orientasi seksual, tetapi menyerukan untuk menghidupi seksualitas sesuai dengan rencana Tuhan.

Saya merasa Yesus hanyalah orang baik dan kebangkitan itu dibuat-buat.
Kebangkitan adalah inti dari iman Kristen. Tanpa kebangkitan, berita baik tidak ada. Kebenaran kebangkitan membuat iman Kristen bertahan lama.

Saya sudah mencoba berdoa tetapi tidak mendengar apa-apa.
Tuhan sering berbicara dalam keheningan. Dibutuhkan latihan, dedikasi, kesabaran, dan iman untuk mendengar Tuhan ketika Dia berbicara. Jika Anda terus bertanya dan mendengarkan, Tuhan akan berbicara.

Mengapa Banyak Orang Menjauh dari Gereja?

 


Mengapa Banyak Orang Menjauh dari Gereja?

Selama sepuluh tahun terakhir, banyak penelitian menunjukkan penurunan tajam dalam afiliasi keagamaan, kehadiran di gereja, dan kepercayaan kepada Tuhan di negara-negara Barat. Sementara itu, jumlah orang yang mengaku tidak memiliki agama meningkat pesat. Mengapa hal ini terjadi? Berikut lima masalah utama dalam Gereja Katolik yang mungkin menjadi penyebabnya, serta apa yang bisa kita lakukan.

1. Orang Kristen Tidak Bertindak Seperti Orang Kristen

Banyak orang merasa muak dengan kemunafikan. Skandal, kebohongan, dan tindakan tidak konsisten menyebabkan orang kehilangan kepercayaan pada gereja. Jika kita ingin orang datang ke gereja, kita harus menjadi orang yang kita klaim. Artinya, kita harus memberi makan orang miskin, menunjukkan belas kasihan, dan hidup dengan sukacita. Jika kita mencerminkan misi Kristus, orang-orang akan datang.

2. Khotbah yang Tidak Relevan

Banyak orang meninggalkan gereja karena khotbah yang tidak inspiratif dan tidak relevan. Khotbah harus menjawab pertanyaan yang ada di benak jemaat dan berhubungan dengan kekhawatiran dunia nyata. Untuk umat, beri umpan balik konstruktif kepada imam Anda. Untuk para imam, fokuslah pada masalah nyata yang dihadapi jemaat dan sampaikan dengan cara yang menggugah.

3. Kurangnya Hubungan yang Intim

Iman bukanlah praktik pribadi saja; iman harus dijalani bersama-sama. Namun, banyak umat merasa terisolasi di gereja mereka. Kita harus membangun komunitas yang erat, mengadakan acara yang mempererat persaudaraan, dan memastikan setiap orang merasa disambut. Gereja harus menjadi rumah, tempat di mana orang merasa didukung dan dicintai.

4. Isu LGBT

Gereja sering kali gagal menunjukkan kasih dan belas kasihan kepada saudara-saudari LGBT kita. Meskipun ajaran tentang moralitas seksual tidak berubah, kita harus memastikan bahwa setiap orang diperlakukan sebagai anggota keluarga Tuhan yang dicintai, dengan menghargai martabat mereka dan mempertahankan hak asasi mereka. Sambut mereka dengan kasih, bukan dengan penghakiman.

5. Politik Partisan

Gereja seharusnya tidak menjadi perpanjangan dari kelompok politik. Ketika para pengkhotbah lebih fokus pada politik daripada Injil, orang akan pergi. Gereja harus berdiri untuk kebenaran dan moralitas tanpa terjebak dalam perpecahan politik. Kita harus menunjukkan jalan keluar dari perpecahan ini dan mencari persatuan.

Kesimpulan

Meskipun kita bisa menghadapi tantangan dari dalam, kita juga harus siap menghadapi kekuatan budaya yang menyerang iman dari luar. Dengan mengatasi masalah internal ini, kita bisa menarik lebih banyak orang untuk menemukan kebahagiaan sejati dalam iman.

5 Alasan Orang Menjadi Ateis (dan Cara Menanggapinya!)

 



5 Alasan Orang Menjadi Ateis (dan Cara Menanggapinya!)

Iman di dunia Barat sedang mengalami penurunan yang tajam. Mengapa semakin banyak orang menjadi ateis? Berikut adalah lima alasan utama dan cara kita bisa meresponinya:

1. Materialisme Ilmiah

Banyak orang percaya bahwa dunia ini hanya terdiri dari hal-hal fisik yang bisa dibuktikan oleh sains. Mereka merasa bahwa karena tidak ada bukti nyata untuk Tuhan atau hal spiritual, maka itu tidak ada. Untuk merespons ini, kita harus menekankan bahwa manusia memiliki kesadaran, hati nurani, dan jiwa yang tidak bisa diukur secara fisik. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar materi dalam hidup ini.

2. Rasionalisme

Rasionalisme menilai bahwa hanya logika dan matematika yang dapat dipercaya. Namun, hidup tidak hanya tentang logika; ada keindahan, cinta, seni, dan iman yang memberikan makna. Kita bisa mengajak orang untuk mengalami keajaiban dan keindahan yang tak bisa dijelaskan hanya dengan logika.

3. Sekularisme

Sekularisme hanya melihat dunia ini sebagai satu-satunya kenyataan yang ada, tanpa surga atau neraka. Ini bisa membuat orang fokus hanya pada dunia ini dan melupakan kehidupan yang akan datang. Kita perlu mengingatkan orang bahwa hidup ini hanyalah sementara, dan ada kehidupan yang lebih baik setelah ini.

4. Relativisme

Relativisme mengatakan bahwa kebenaran adalah subjektif dan tergantung pada perspektif masing-masing orang. Namun, ada kebenaran objektif yang tidak berubah. Kita bisa menunjukkan bahwa ada pencipta yang menentukan realitas objektif ini.

5. Nihilisme

Nihilisme adalah keyakinan bahwa hidup tidak memiliki makna atau tujuan. Ini terutama mempengaruhi generasi muda yang menghadapi banyak tantangan global. Kita harus menunjukkan bahwa hidup memiliki tujuan yang lebih besar, bahwa Tuhan mencintai kita, dan ada harapan di balik semua tantangan hidup.

Perbedaan antara Imam Religius dan Imam Diosesan

 


Perbedaan antara Imam Religius dan Imam Diosesan

Dalam Gereja Katolik, terdapat dua jenis imam: Imam Diosesan (projo) dan Imam Religius. Keduanya memainkan peran penting dalam kehidupan gereja, namun dengan cara yang berbeda.

Imam Diosesan

  • Otoritas dan Kewajiban: Imam diosesan berada di bawah otoritas langsung dari uskup di keuskupan tempat mereka melayani. Mereka membuat janji ketaatan kepada uskup dan bertanggung jawab untuk melayani komunitas lokal dalam keuskupan tersebut.
  • Tempat Tugas: Sebagian besar imam diosesan bertugas di paroki dan berfokus pada kehidupan sakramental sehari-hari. Mereka cenderung menetap di satu lokasi, membangun hubungan jangka panjang dengan komunitas setempat.
  • Spiritualitas: Mereka menekankan aspek imam dari pelayanan Yesus, mengelola sakramen dan mengurus kebutuhan spiritual komunitas.

Imam Religius

  • Otoritas dan Kewajiban: Imam religius bergabung dengan ordo atau kongregasi religius dan mematuhi pimpinan yang disebut provinsial atau abbas. Mereka mengucapkan tiga kaul: kemiskinan, kemurnian, dan ketaatan, sesuai dengan pendiri mereka.
  • Tempat Tugas: Imam religius dapat ditugaskan ke berbagai tempat di seluruh dunia. Mereka mungkin bekerja di sekolah, rumah sakit, pusat retret, atau misi lain yang tidak selalu berkaitan dengan paroki.
  • Spiritualitas: Mereka menekankan aspek kenabian dari pelayanan Yesus, berfokus pada misi dan karisma pendiri mereka. Mereka bergerak untuk membawa energi baru dan perspektif baru ke tempat-tempat yang mereka layani.

Mengapa Keduanya Penting?

  • Imam Diosesan: Menawarkan stabilitas dan kontinuitas di dalam komunitas, mengelola gereja lokal, dan memelihara kehidupan sakramental secara konsisten.
  • Imam Religius: Membawa semangat dan inovasi, mendukung karya-karya misi dan sosial yang lebih luas, dan memperkenalkan perspektif baru dalam iman.

Gereja membutuhkan keduanya untuk menjaga keseimbangan. Imam diosesan menyiapkan fondasi yang kuat dan berkelanjutan, sementara imam religius menambah semangat dan perspektif baru yang diperlukan. Bersama-sama, mereka menampilkan keragaman dan kekayaan dalam menjalani iman Katolik.

Apakah Anda merasa terpanggil untuk menjadi salah satu dari mereka?

7 Kesalahan Film Tentang Katolik yang Sering Terjadi

 


7 Kesalahan Film Tentang Katolik yang Sering Terjadi

Film seringkali menggambarkan agama Katolik dengan berbagai kesalahan yang mengganggu. Berikut adalah tujuh kesalahan umum yang sering dilakukan oleh film dan televisi tentang Katolik:

  1. Purgatory (Api Penyucian): Banyak yang salah paham mengira purgatory adalah tempat menunggu untuk dihakimi, padahal itu adalah tempat penyucian bagi mereka yang sudah diselamatkan sebelum masuk surga.

  2. Heaven (Surga): Film menggambarkan surga sebagai tempat semua impian liar terwujud, padahal sebenarnya surga adalah tempat di mana kita menyembah dan mengasihi Tuhan.

  3. Pengakuan Dosa: Film sering menampilkan imam yang terkejut dengan dosa umatnya, padahal imam sudah mendengar semua jenis dosa dan tidak mudah terkejut.

  4. Biarawati yang Pasif: Film menggambarkan biarawati sebagai wanita yang lembut dan penurut, padahal dalam kenyataannya, mereka adalah orang yang kuat, kreatif, dan berkemauan keras.

  5. Urutan Misa yang Salah: Film sering salah dalam menggambarkan urutan misa Katolik. Urutan misa adalah salah satu hal yang paling jelas dan tersedia untuk dipelajari.

  6. Gereja Selalu Terbuka: Meskipun menyenangkan untuk berpikir bahwa gereja selalu terbuka dan imam selalu tersedia, kenyataannya adalah gereja harus mempertimbangkan keamanan dan imam memiliki kehidupan pribadi.

  7. Pakaian Liturgis (Vestments): Pakaian liturgis dalam film sering tidak sesuai. Warna ungu tidak selalu dipakai untuk semua kesempatan dan ada aturan tertentu yang harus diikuti.

Hollywood seringkali mengabaikan detail penting ini dalam menggambarkan Katolik. Menurut Anda, kesalahan apa lagi yang sering muncul dalam film tentang agama Katolik?

Sebuah Gambaran Iblis

 



Sebuah Gambaran Iblis

Selama bertahun-tahun, banyak gambar yang mencoba menggambarkan sosok iblis, dari yang kartun hingga yang mengerikan. Tetapi, ada satu karakter yang menurut saya paling tepat menggambarkan tujuan dan strategi iblis: Vecna dari serial Stranger Things.

Vecna adalah penjahat yang menghancurkan korbannya dari dalam dengan memanfaatkan keputusasaan mereka. Dalam serial ini, kita melihat bagaimana Vecna menyerang orang-orang yang kehilangan harapan dan terjebak dalam rasa bersalah dan kebencian terhadap diri sendiri.

1. Karakterisasi Vecna:

  • Kisah Korban Pertama: Seorang pemandu sorak yang tampaknya bahagia mulai mendengar suara-suara yang membuatnya merasa malu dengan tubuhnya sendiri. Dia memiliki gangguan makan dan akhirnya merasa sangat membenci dirinya sendiri, hingga tidak bisa melawan Vecna.

  • Kisah Korban Kedua: Seorang anak laki-laki yang dihantui oleh kecelakaan mobil yang disebabkannya, di mana ada orang yang meninggal. Rasa bersalah membuatnya tak berdaya melawan Vecna.

  • Max: Salah satu karakter utama yang merasa bertanggung jawab atas kematian kakaknya, Billy, meskipun ia tidak menyukainya. Keputusasaannya membuatnya menarik diri dari teman-temannya. Namun, pada akhirnya, ia melawan Vecna dengan menemukan harapan dan mengingat semua cinta yang pernah ia terima.

2. Simbolisme Keagamaan:

Sebagai seorang imam, saya melihat simbolisme keagamaan dalam perjuangan Max. Ketika dia melihat cahaya dan berlari menuju bukit, itu mengingatkan kita pada peristiwa penyaliban Yesus di bukit. Ini menggambarkan bahwa harapan dan cinta Tuhan dapat menyelamatkan kita dari keputusasaan.

3. Pesan Moral:

Banyak orang melihat surga dan neraka sebagai tempat untuk orang baik dan jahat. Namun, yang sesungguhnya memisahkan kita dari Tuhan bukanlah dosa kita, tetapi keputusasaan kita. Iblis ingin kita percaya bahwa kita tidak bisa ditebus, tetapi ini adalah kebohongan. Tuhan menyelamatkan kita bukan karena kita tidak berdosa, tetapi karena kita adalah pendosa.

Seperti yang ditulis Santo Paulus kepada Jemaat di Roma, "Apa yang akan memisahkan kita dari kasih Tuhan? Tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan dalam Kristus Yesus Tuhan kita."

4. Kesimpulan:

Iblis mungkin menakutkan, tetapi dia tidak berkuasa jika kita tetap berpegang pada harapan di dalam Kristus. Satu-satunya hal yang bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan adalah diri kita sendiri. Peganglah harapan itu, dan kita akan hidup selamanya bersama-Nya.

Siapa itu Yesus? (Khsuus untuk Pemula)

 


Siapa itu Yesus? (Khsuus untuk Pemula)

Yesus dari Nazaret adalah tokoh paling terkenal dalam sejarah, meskipun banyak orang mungkin tidak tahu banyak tentang apa yang sebenarnya dia katakan dan lakukan. Bagi mereka yang ingin belajar tentang Yesus, inilah gambaran singkatnya.

Siapakah Yesus?

Yesus adalah Tuhan yang menjadi manusia. Dia adalah bagian dari Tritunggal Kudus—Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Dalam Injil Yohanes, dikatakan bahwa Yesus adalah Firman Tuhan yang telah ada sejak awal mula. Dia tidak diciptakan, tetapi selalu ada bersama Tuhan.

Mengapa Yesus Begitu Penting?

Yesus datang ke dunia untuk memenuhi janji Tuhan kepada umat manusia, terutama seperti yang dijanjikan kepada Abraham, Musa, dan Daud dalam tradisi Yahudi.

  1. Yesus dan Abraham: Yesus datang untuk menyatukan seluruh umat manusia, bukan hanya orang Yahudi, tetapi juga mereka yang terpinggirkan dan dianggap sebagai pendosa.

  2. Yesus dan Musa: Seperti Musa, Yesus membawa hukum baru, tetapi hukum ini lebih menekankan pada kasih dan niat baik. Dia menunjukkan bahwa kita dapat menjalani hidup yang benar dengan bantuan-Nya.

  3. Yesus dan Daud: Yesus adalah Raja yang dijanjikan, tetapi bukan raja duniawi yang berkuasa dengan kekuatan. Dia datang dengan kerendahan hati, mengajarkan damai, dan menyerahkan dirinya untuk menyelamatkan umat manusia.

Misi Yesus

Yesus menjalani hidup yang penuh dengan kasih dan pengorbanan. Dia lahir dari seorang perawan, Maria, melalui mukjizat kelahiran oleh Roh Kudus. Sepanjang hidupnya, Yesus melakukan banyak mukjizat, mengajar tentang kasih Tuhan, dan akhirnya menyerahkan nyawanya di kayu salib untuk menebus dosa manusia.

Kebangkitan dan Harapan

Setelah wafat, Yesus bangkit dari kematian pada hari ketiga. Kebangkitan ini memberi harapan kepada semua orang yang percaya bahwa mereka juga akan bangkit dan hidup kekal bersama Tuhan. Dengan kebangkitan-Nya, Yesus menaklukkan kematian dan menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan yang sejati.

Mengapa Ini Penting bagi Kita?

Yesus datang untuk menjadi seperti kita agar kita bisa menjadi seperti Dia, tidak hanya dalam moralitas, tetapi juga dalam keabadian. Itulah sebabnya banyak orang menjadi Kristen (pengikut Kristus); mereka percaya bahwa Yesus menyelamatkan mereka, memberi mereka harapan, dan kekuatan untuk menghadapi kehidupan.

Jika Anda tertarik untuk belajar lebih lanjut tentang Yesus dan ajarannya, banyak sumber daya yang tersedia untuk dipelajari lebih lanjut.

Berhenti Terlalu "Berpikiran Terbuka"

 


Berhenti Terlalu "Berpikiran Terbuka"

Di dunia kita saat ini, memiliki pikiran terbuka dianggap sebagai nilai penting, dan disebut berpikiran tertutup dianggap sebagai penghinaan. Kita sering memuji orang yang terus bertanya dan mencari hal baru, dan mengejek mereka yang dianggap keras kepala dan enggan berubah. Namun, saya percaya bahwa terlalu berpikiran terbuka dapat menjadi hal yang merugikan dan menghancurkan masyarakat kita.

Pada dasarnya, memiliki pikiran terbuka bukanlah hal buruk. Menyingkirkan prasangka, menerima informasi baru, dan menyesuaikan pandangan kita adalah hal yang baik. Terutama sebagai orang Kristen, saya percaya kita harus terus mencari dan belajar tentang Tuhan dan keajaiban ciptaan-Nya. Mencari dan bertanya adalah kebaikan, tetapi hanya jika itu membawa kita ke arah kebenaran.

Masalahnya, banyak orang yang tidak pernah sampai pada kesimpulan. Mereka terus mencari, bertanya, dan meragukan, tetapi tidak pernah berani memutuskan atau mempercayai sesuatu. Mereka menyanjung mereka yang bertanya-tanya, tetapi meremehkan mereka yang merasa sudah menemukan jawaban. Seperti pepatah, "Bukan tujuan yang penting, tapi perjalanannya." Ini terdengar bijak, tetapi sebenarnya, tanpa tujuan, perjalanan tidak ada artinya.

Apa gunanya selalu berada di jalan tanpa pernah sampai ke tujuan? Sebagai masyarakat, kita terlalu sering memuji pencarian tanpa memperhatikan hasilnya. Padahal, tujuan dari perjalanan adalah mencapai suatu tempat. Jika kita hanya terus berjalan tanpa arah, kita tidak akan pernah mencapai kehidupan yang lebih baik dari yang kita tinggalkan.

Kita harus berani mengambil keputusan. Memilih untuk percaya atau tidak percaya, menerima atau menolak. Terlalu lama berada dalam keraguan membuat kita tidak pernah benar-benar hidup. Pada akhirnya, kita harus mengambil risiko dan menetapkan pendirian.

Hidup terlalu lama dalam ketidakpastian akan membuat kita kehilangan makna dan arah. Kita perlu memutuskan, meskipun keputusan kita mungkin salah. Hanya dengan begitu, kita bisa menemukan kepuasan dan tujuan sejati dalam hidup kita.