Selasa, 12 Desember 2017

SEJARAH HARI RAYA NATAL




Banyak orang Katolik berpikir bahwa orang Kristiani merayakan kelahiran Kristus pada tanggal 25 Desember karena para Bapa Gereja menyesuaikan tanggal tersebut dengan tanggal perayaan sebuah festival pagan. Hampir tidak ada orang Katolik yang keberatan dengan pendapat ini, walaupun konsekuensinya adalah banyak orang yang menyamakan Hari Raya Natal dengan sebuah festival pagan yakni Festival Dewa Matahari.

Tulisan ini bermaksud menunjukkan sebuah fakta yang menarik untuk diketahui yakni bahwa pilihan tanggal 25 Desember adalah hasil usaha orang-orang Kristen awal untuk mengetahui tanggal kelahiran Yesus berdasarkan penghitungan kalender yang justru sama sekali tidak ada hubungannya dengan festival pagan.

Sebaliknya, festival pagan "Birth of the Unconquered Sun" yang dicanangkan oleh Kaisar Romawi Aurelian pada tanggal 25 Desember 274, hampir pasti merupakan upaya untuk menciptakan alternatif festival tandingan bagi tanggal yang sudah sangat penting bagi orang Kristiani.

Dengan demikian argumen bahwa Hari Raya Natal berasal dari sebuah Festival Pagan adalah mitos tanpa substansi sejarah.

Sebuah Kesalahan
Gagasan bahwa tanggal 25 Desember diambil dari perayaan pagan berasal dari dua orang ilmuwan dari akhir abad ketujuh belas dan awal abad kedelapan belas. Paul Ernst Jablonski, seorang Protestan Jerman, yang ingin menunjukkan bahwa perayaan kelahiran Kristus pada tanggal 25 Desember adalah satu dari sekian banyak "paganisasi" yang dibuat oleh Gereja Katolik.

Dalam kalender Julian, yang dibuat di bawah pemerintahan Julius Caesar pada 45 SM, titik balik matahari musim dingin jatuh pada tanggal 25 Desember, dan oleh karena itu tampak jelas bagi Jablonski bahwa hari itu pasti memiliki makna pagan sebelum menjadi perayaan orang Kristiani. Tapi sebenarnya, tanggal tersebut tidak memiliki makna religius dalam kalender perayaan Romawi sebelum masa Aurelian.

Kaisar Aurelian, yang memerintah dari 270 sampai pembunuhannya di tahun 275, sangat memusuhi orang Kristiani dan tampaknya telah mempromosikan penetapan festival "Kelahiran Matahari yang Tidak Terkalahkan" sebagai alat untuk menyatukan berbagai sekte pagan dari Kekaisaran Romawi.

Produk sampingan
Memang benar bahwa bukti pertama orang-orang Kristiani merayakan tanggal 25 Desember sebagai tanggal kelahiran Tuhan berasal dari Roma beberapa tahun setelah Aurelian, yakni pada tahun 336 AD, namun ada bukti dari Timur Yunani dan dunia Barat bahwa orang-orang Kristiani pada jaman sebelum itu sudah berusaha untuk mencari tahu tanggal kelahiran Kristus jauh sebelum mereka mulai merayakannya secara liturgis, bahkan sudah sejak abad kedua dan ketiga. Bukti menunjukkan, pada kenyataannya, bahwa penetapan tanggal 25 Desember adalah produk sampingan dari usaha untuk menentukan kapan orang Kristiani harus merayakan kematian dan kebangkitan Kristus.

Bagaimana hal ini bisa dijelaskan? Ada pertentangan yang tampak antara tanggal kematian Tuhan seperti yang diberikan dalam Injil Sinoptik dan Injil Yohanes. Injil Sinoptik berpendapat bahwa Kematian Yesus terjadi pada Hari Paskah (setelah Tuhan merayakan Paskah pada malam sebelumnya), dan sebaliknya Injil Yohanes berpendapat bahwa Yesus wafat pada Malam Paskah, saat anak-anak domba Paskah disembelih di Bait Suci Yerusalem untuk merayakan hari raya keesokan harinya.

Untuk dapat memecahkan masalah ini mau tidak mau kita harus berbicara soal perdebatan tentang Perjamuan Terakhir Tuhan adalah makan Paskah atau makan yang dirayakan sehari sebelumnya. Akan tetapi agar tidak terlalu luas, pembahasan tentang hal ini tidak akan dijelaskan dalam tulisan ini. Cukuplah dikatakan bahwa Gereja mula-mula mengikuti Injil Yohanes dan bukan Injil sinoptik, dan dengan demikian Gereja Perdana percaya bahwa kematian Kristus terjadi pada 14 Nisan, menurut kalender lunar Yahudi. Para ilmuwan modern sependapat bahwa kematian Kristus hanya bisa terjadi pada tahun 30 atau 33 Masehi, karena keduanya adalah satu-satunya tahun saat 14 Nisan itu jatuh pada hari Jumat. Jadi, kemungkinan besar tanggal kematian Yesus adalah 7 April 30 atau 3 April 33.

Namun, karena Gereja perdana dipisahkan secara paksa dari Yudaisme, maka Gereja Perdana harus memasuki sebuah dunia dengan kalender yang berbeda, dan harus memikirkan waktunya sendiri untuk merayakan Sengsara Tuhan, paling tidak untuk menjadi terlepas dari perhitungan rabbinik pada tanggal Paskah. Mereka tidak bisa lagi menggunakan kalender Yahudi karena kalender Yahudi adalah kalender lunar yang terdiri dari dua belas bulan, tiga puluh hari untuk masing-masing, yang setiap beberapa bulan ke tiga belas harus ditambahkan dengan sebuah keputusan dari Sanhedrin untuk menjaga kalender tetap sinkron dengan ekuinoks dan solstis, dan juga untuk mencegah musim "menyimpang" ke bulan yang tidak tepat.

Orang-orang Kristiani di Yunani tampaknya ingin menemukan tanggal yang setara dengan 14 Nisan dalam kalender matahari mereka sendiri, dan karena Nisan adalah bulan di mana equinox musim semi terjadi, mereka memilih hari ke 14 Artemision, bulan di mana equinox musim semi selalu jatuh dalam kalender mereka sendiri. Sekitar tahun 300 M, kalender Yunani digantikan oleh kalender Romawi, dan sejak tanggal permulaan dan akhir bulan di kedua sistem ini tidak bersamaan, 14 Artemision menjadi 6 April. Sebaliknya, orang kristiani di Roma dan Afrika Utara tampaknya berkeinginan untuk menetapkan tanggal historis di mana Tuhan Yesus mati. Mereka akhirnya menyimpulkan bahwa Yesus meninggal pada hari Jumat, 25 Maret 29. Sampai pada titik ini akhirnya Gereja Timur menetapkan kematian Yesus pada tanggal 6 April, sedangkan di Barat, 25 Maret. Mengapa berbeda? Sekali lagi, karena mereka memakai sistem kalender yang berbeda pula.

Usia Integral
Pada Jaman Kristus dahulu, ada sebuah kepercayaan bernama “Usia Integral” yang sangat tersebar secara luas dalam Yudaisme dan kepercayaan ini hidup dalam kesadaran orang-orang Kristen. Kepercayaan ini sangat berkaitan dengan nabi-nabi besar bangsa Yahudi. Mereka percaya bahwa nabi-nabi Israel meninggal pada tanggal yang sama dengan tanggal kelahiran atau tanggal konsepsi (pembuahan) mereka. Kepercayan “Usia Integral” ini adalah faktor kunci dalam memahami bagaimana akhirnya orang kristiani perdana mula-mula percaya bahwa tanggal 25 Desember adalah tanggal kelahiran Kristus. Orang-orang kristiani menerapkan gagasan ini kepada Yesus, sehingga tanggal 25 Maret dan 6 April tidak hanya merupakan tanggal kematian Kristus, tapi juga merupakan tanggal konsepsi Yesus. Ada beberapa bukti singkat bahwa setidaknya beberapa orang Kristen abad pertama dan kedua memikirkan tanggal 25 Maret atau 6 April sebagai tanggal kelahiran Kristus, namun pada akhirnya mereka menetapkan bahwa 25 Maret adalah tanggal konsepsi Kristus. Sampai hari ini secara universal bahwa pada tanggal 25 Maret Gereja Universal merayakan Hari Raya Kabar Sukacita, yakni ketika Malaikat Gabriel membawa kabar baik tentang kelahiran penyelamat manusai kepada Perawan Maria. Karena Fiat Maria yang berserah pada kehendak Firman Allah yang Kekal akhirnya Sabda segera berinkarnasi dalam rahimnya. Oleh karena itulah 25 Maret akhirnya menjadi saat Konsepsi (Pembuahan) Yesus.

Berapa lama kehamilan yang normal? Sembilan bulan. Maka kemudian, orang Kristiani menambahkan sembilan bulan dari 25 Maret dan akhirnya didapatkanlah tanggal 25 Desember. Jika kita menambahkan 9 bulan dari tanggal 6 April, maka kita akan mendapatkan 6 Januari.

Dengan demikian, ditetapkanlah tanggal 25 Desember adalah Natal, dan 6 Januari adalah Epifani. Natal (25 Desember) adalah Pesta Kelahiran Yesus untuk orang-orang Kristiani Ritus Barat. Di Konstantinopel ketetapan ini diperkenalkan pada tahun 379 atau 380 dalam sebuah khotbah St. Yohanes Krisostomus. Perayaan Natal ini pertama kali dirayakan di sana pada tanggal 25 Desember 386. Dari pusat-pusat kekristenan ini menyebar ke seluruh Asia Timur dan diadopsi di Alexandria sekitar tahun 432 dan di Yerusalem satu abad atau lebih kemudian. Sementara itu, orang-orang Kristiani dari ritus Armenia sampai hari ini merayakan kelahiran Kristus, kunjungan orang majus, dan pembaptisan Yesus pada tanggal 6 Januari.

Gereja-gereja Barat, pada gilirannya, secara bertahap mengadopsi pesta Epiphany (6 Januari) dari GEreja Timur, Roma melakukannya sekitar 366 dan 394. Namun di Gereja Barat, pesta tersebut pada umumnya dijadikan sebagai peringatan kunjungan orang majus ke bayi Kristus, dan karena itu, perayaan ini adalah sebuah pesta penting, tapi bukan salah satu yang paling penting – hal ini sangat bertolak belakang secara kontras dengan arti pentingnya di Gereja Timur, di mana hari ini menjadi pesta terpenting Gereja Timur yang kedua, setelah Pascha (Paskah).

Pesta Kristen
Jadi, penetapan tanggal 25 Desember menjadi tanggal kelahiran Kristus sama sekali tidak dipengaruhi oleh budaya pagan. Penetapan ini timbul dari usaha orang-orang kristiani awal untuk menentukan tanggal historis kematian Kristus.


Dan justru sebaliknya, pesta pagan yang dicanangkan Kaisar Aurelian pada tanggal 274 itu bukan hanya upaya untuk menggunakan titik balik matahari musim dingin untuk memperkuat kekuasaan politiknya, tapi juga hampir pasti merupakan usaha untuk memberi makna pagan kepada tanggal yang sudah menjadi tanggal penting bagi orang-orang kristiani di Roma dengan harapan bahwa orang-orang kristiani dapat kembali menjadi pagan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar