Selasa, 06 Agustus 2024

Ukuran Sejati Seorang Kristen



Ukuran Sejati Seorang Kristen

Bagaimana kita tahu jika seseorang benar-benar Kristen? Mungkin terdengar seperti pertanyaan yang menghakimi, tetapi sebenarnya, kita perlu sedikit lebih kritis. Banyak orang dibaptis dan menghadiri gereja, namun tidak benar-benar hidup sebagai murid Kristus.

Apa Itu Menjadi Seorang Kristen?

  1. Baptisan: Baptisan adalah awal, menandai jiwa kita dengan Kristus, tetapi bukan satu-satunya hal yang membuat seseorang Kristen sejati.

  2. Mengikuti Teladan Yesus: Menjadi Kristen berarti meniru Kristus – peduli pada yang miskin, menunjukkan belas kasihan, mengampuni, dan mengasihi bahkan musuh kita. Tanpa tindakan ini, iman kita kosong.

  3. Lebih dari Sekadar Perbuatan Baik: Meski penting, perbuatan baik bukanlah satu-satunya ukuran. Kita harus mendengarkan dan mencintai Yesus, menjadi murid sejati yang belajar dan berdoa, bergantung pada-Nya, dan berbagi kabar baik kepada dunia.

  4. Persatuan dengan Yesus: Melalui Ekaristi, kita tidak hanya mengenang Yesus tetapi bersatu dengan-Nya, diubah oleh kasih-Nya. Kita dipanggil untuk menjadi sakramen kasih Yesus bagi dunia, menunjukkan kasih karunia Allah di sekeliling kita.

Tantangan untuk Menjadi Kristen Sejati

Menjadi Kristen lebih dari sekadar menghadiri Misa atau melakukan perbuatan baik. Ini tentang bagaimana kita hidup dan berperan aktif dalam iman kita. Ini tentang bagaimana kita melayani sesama dan menyebarkan kasih Tuhan.

  • Evaluasi Diri: Kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah kita sudah sungguh-sungguh hidup sebagai murid Kristus? Ataukah kita hanya merasa puas dengan apa yang kita lakukan saat ini?

  • Perjalanan dan Pertumbuhan: Tidak masalah jika kita belum mencapai tahap tersebut. Menjadi Kristen adalah perjalanan pertumbuhan yang berkelanjutan. Setiap orang mengalami banyak konversi dalam hidup, langkah demi langkah menuju kedisiplinan yang lebih dalam.

Jangan berhenti bertumbuh. Teruslah melangkah menuju iman yang lebih dalam, menjadi saksi kasih Tuhan yang nyata di dunia. Sampai kita mencapai kerajaan-Nya, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Apa yang Anda Kurbankan dalam Masa Adven?

 


Apa yang Anda Kurbankan dalam Masa Adven?

Banyak orang melihat masa Adven sebagai waktu untuk berbelanja, mendekorasi rumah, atau menerima hadiah kecil setiap hari menjelang Natal. Namun, tahukah Anda bahwa Adven dulunya adalah waktu untuk berpuasa dan melakukan penebusan dosa? Bahkan sekarang, beberapa orang seperti kaum Fransiskan masih melakukannya. Mengapa praktik ini penting, dan bagaimana kita bisa menghidupkan kembali semangat itu?

Pada abad ke-4, Adven adalah waktu persiapan serupa dengan masa Prapaskah (Lent). Umat Kristen baru yang ingin dibaptis harus menjalani puasa dan doa selama 40 hari sebelum Natal, mirip dengan persiapan Paskah. Lama-kelamaan, praktik ini menjadi lebih singkat dan tidak seketat dulu, namun beberapa orang seperti Santo Fransiskus dan Santo Charles Borromeo tetap menekankan pentingnya berpuasa selama Adven.

Saat ini, Gereja tidak mewajibkan puasa selama Adven, namun kita perlu bertanya, apakah persiapan kita selama Adven sudah benar-benar mempersiapkan kita menyambut Yesus di hari Natal? Banyak dari kita terlalu fokus pada belanja dan pesta, sehingga melupakan makna sebenarnya dari Adven.

Mungkin ini saatnya kita berpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih berarti. Anda bisa mencoba mengorbankan sesuatu selama empat minggu, seperti mengurangi waktu di media sosial dan menggantinya dengan doa, menyumbangkan uang atau waktu untuk membantu sesama, atau berpuasa beberapa hari dalam seminggu.

Adven mungkin tidak dianggap seperti Prapaskah lagi, tetapi ada alasan mengapa dulu itu penting. Ada buah rohani yang bisa kita raih dari praktik ini, dan mungkin itulah yang kita butuhkan saat ini. Jika Anda merasa bahwa masa Adven berlalu terlalu cepat tanpa makna, menghidupkan kembali praktik puasa kuno bisa jadi adalah jawabannya.

Aturan Katolik yang Perlu Diketahui Semua Orang

 


Aturan Katolik yang Perlu Diketahui Semua Orang

Gereja Katolik adalah agama yang telah berusia 2.000 tahun, kaya akan tradisi, tata cara, dan aturan dalam melakukan segala sesuatu. Namun, banyak orang, termasuk umat Katolik yang setia, mungkin tidak mengetahui semua aturannya.

Penghormatan dalam Gereja:

  • Berlutut dilakukan saat berada di hadapan tabernakel yang berisi Sakramen Mahakudus.
  • Membungkuk dilakukan saat mendekati altar atau ambo. Ini karena tabernakel adalah tempat kehadiran nyata Kristus, sedangkan altar dan ambo adalah tempat kehormatan Kristus.

Selama Misa:

  • Kita sering berlutut selama Doa Syukur Agung karena itu adalah puncak ibadah kita. Namun, berdiri juga diperbolehkan jika ada alasan kesehatan atau ruang yang sempit.
  • Menerima Komuni: Dapat dilakukan dengan berdiri atau berlutut, di lidah atau di tangan.
  • Tidak ada aturan resmi bahwa Anda tidak boleh mengunyah hosti. Hosti adalah makanan dan dimaksudkan untuk dikunyah.

Menghadiri Misa:

  • Semua Katolik harus menghadiri Misa setiap hari Minggu, tetapi tidak harus menerima Ekaristi jika tidak merasa siap atau tidak dalam keadaan rahmat.
  • Jika Anda tidak dapat menghadiri Misa karena sakit atau merawat orang sakit, kewajiban ini bisa dikecualikan.

Puasa dan Pantang:

  • Harus menjalani puasa satu jam sebelum menerima komuni.
  • Pada Rabu Abu dan Jumat Agung, harus berpuasa dengan makan satu kali sehari dan dua kali makan ringan.
  • Semua orang Katolik yang berusia di atas 14 tahun harus berpantang daging setiap hari Jumat selama masa Prapaskah.

Hari Raya Kewajiban:

  • Pada masa Adven dan Prapaskah, Gloria dan Alleluia tidak dinyanyikan dalam Misa.

Berdoa Rosario:

  • Berdoa Rosario selama Misa tidak dilarang, tetapi umat diharapkan untuk berpartisipasi penuh dalam liturgi.

Memegang Tangan saat Bapa Kami:

  • Tidak ada larangan atau anjuran untuk memegang tangan saat berdoa Bapa Kami. Ini adalah tindakan spontan jemaat, asalkan tidak memaksa/mengganggu umat yang lain.

Pernikahan dan Pelayan Altar:

  • Katolik dapat menikah dengan non-Katolik, dan jika pasangan dibaptis, pernikahan tersebut adalah sakramen.

Menghancurkan Benda Suci:

  • Barang-barang suci yang sudah rusak dapat dibakar atau dikubur.

Aturan-aturan ini membantu kita beribadah dengan lebih baik dan menjaga keteraturan dalam hubungan kita dengan Tuhan. Meskipun tidak semuanya berasal dari Alkitab, mereka membantu kita untuk beribadah dan hidup dalam komunitas iman.

Ajakan Baru tentang Pernikahan? Tidak.

 


Ajakan Baru tentang Pernikahan? Tidak.

Beberapa saat lalu, Gereja Katolik merilis dokumen "Fiducia Supplicans", yang dianggap kontroversial oleh media karena dikatakan mengubah ajaran tentang pernikahan sesama jenis. Namun, kenyataannya, dokumen tersebut tidak mengubah ajaran Gereja tentang pernikahan.

Ajaran Pernikahan Gereja Tetap Sama

Dokumen ini menegaskan kembali bahwa pernikahan adalah persatuan eksklusif antara pria dan wanita yang terbuka untuk memiliki anak. Gereja tidak mengubah pendiriannya tentang pernikahan. Pertanyaan yang dibahas bukanlah tentang definisi pernikahan, tetapi tentang pemahaman kita terhadap pemberkatan.

Apa Arti Memberkati?

Pemberkatan memiliki dua makna: sebagai tanda dukungan Tuhan dan sebagai cara untuk memperkuat dan membimbing orang. Pemberkatan liturgis formal adalah pengakuan atas kehidupan dalam Tuhan, dan ini memerlukan kesesuaian dengan kehendak Tuhan. Gereja menegaskan bahwa pemberkatan tidak dapat diberikan untuk sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, termasuk pernikahan sesama jenis.

Namun, pemberkatan juga bisa menjadi sarana penguatan bagi mereka yang belum sepenuhnya menemukan jalan menuju Tuhan. Kita memberkati orang-orang yang membutuhkan pertolongan Tuhan, seperti orang sakit dan peziarah. Pemberkatan tidak hanya untuk mereka yang sempurna tetapi juga bagi mereka yang meminta bantuan Tuhan.

Pemberkatan untuk Membantu, Bukan Mengesahkan

Paus Fransiskus mengingatkan kita bahwa pemberkatan tidak boleh memiliki terlalu banyak prasyarat moral yang membuat orang takut meminta pertolongan. Ketika seseorang meminta pemberkatan, itu adalah permohonan bantuan Tuhan. Gereja harus menyambut permohonan ini dengan rasa syukur, bukan sebagai dukungan untuk hubungan yang tidak teratur tetapi sebagai dorongan menuju kehidupan yang lebih baik dalam Tuhan.

Bagaimana Memberkati dengan Benar

Pemberkatan harus sederhana dan spontan, tidak formal atau liturgis agar tidak menimbulkan kebingungan. Pemberkatan tidak boleh dilakukan dalam upacara pernikahan sipil sesama jenis, karena bisa disalahartikan sebagai pengesahan pernikahan.

Kesimpulan

Dokumen "Fiducia Supplicans" menegaskan bahwa pemberkatan adalah cara untuk mendekatkan orang kepada Tuhan, meminta bantuan-Nya agar hidup lebih baik, dan menghidupkan nilai-nilai Injil dengan lebih setia. Ini adalah misi untuk mendampingi mereka yang berada di pinggiran, mendengarkan, dan menyambut mereka ke dalam Gereja.

Ajaran Gereja tentang pernikahan tidak berubah, tetapi Paus Fransiskus mengajak kita untuk lebih memahami dan melayani mereka yang membutuhkan dengan kasih dan pengertian.

Sinterklas Bukanlah Figur Kristen

 


Sinterklas Bukanlah Figur Kristen

Saat Natal mendekat, banyak orang menantikan kedatangan Santa Claus (Sinterklas), yang diharapkan akan membawa kedamaian dan kebahagiaan. Namun, apakah Santa benar-benar sosok yang mewakili iman Kristen? Meskipun banyak orang mengenal Santa Claus modern sebagai perwujudan dari St. Nicholas, seorang santo dari abad ke-4, perjalanan hingga menjadi sosok yang kita kenal sekarang cukup kompleks.

Perjalanan Santa Claus dari St. Nicholas

St. Nicholas adalah seorang uskup yang dikenal karena kebaikan dan kemurahan hatinya, terutama kepada anak-anak dan orang miskin. Tradisi ini melahirkan perayaan Sinterklaas di Belanda, dengan gambaran pria berjanggut putih dan mengenakan topi uskup merah. Namun, gambaran Santa Claus yang kita kenal saat ini—seorang pria periang berbaju merah—baru muncul pada tahun 1931 melalui iklan Coca-Cola. Sebelum itu, Santa sering digambarkan mengenakan pakaian berwarna hijau atau bahkan oranye.

Pengaruh Tradisi Lain Terhadap Santa Claus

Santa Claus modern adalah hasil dari perpaduan berbagai tradisi Eropa yang diadaptasi oleh imigran di Dunia Baru. Berikut adalah beberapa pengaruh penting:

  1. Father Christmas dari Inggris: Merupakan personifikasi keceriaan Natal, lebih terkait dengan pesta dan makanan.
  2. Odin, dewa Norse: Menggunakan pasukan peri, mengendarai kuda berkaki delapan, dan memantau anak-anak baik dan nakal.
  3. Christkindl atau Christkringel: Figur anak kecil yang mewakili kedatangan Yesus, membawa hadiah bagi anak-anak yang baik.
  4. Nyssa dari folklore Nordik: Tokoh kerdil yang membawa hadiah dengan kereta yang ditarik kambing, tidak mentolerir kemalasan.

Santa Claus dan Komersialisme

Santa Claus kini lebih banyak dilihat sebagai simbol kapitalisme Amerika, menjadi alat pemasaran yang kuat untuk menjual berbagai produk selama musim Natal. Meskipun berasal dari berbagai tradisi agama, sosok Santa telah berkembang menjadi ikon pesta dan konsumsi yang sering melupakan esensi dari Natal yang sesungguhnya—perayaan kelahiran Yesus.

Refleksi bagi Orang Kristen

Meskipun tidak ada masalah bagi orang Kristen untuk mengikuti tradisi Santa Claus, penting untuk diingat bahwa perayaan Natal sejati adalah tentang kelahiran Yesus, bukan sekadar pesta dan hadiah. Santa Claus mungkin tidak sepenuhnya mewakili iman Kristen, tetapi dia bisa menjadi pengingat akan komersialisasi yang telah mengalihkan fokus kita dari makna sebenarnya dari Natal.

Ekaristi Dimulai dari Palungan

 


Ekaristi Dimulai dari Palungan

Ketika Maria melahirkan Yesus, ia meletakkan-Nya di palungan karena tidak ada tempat di penginapan. Setiap Natal, kita mendengar kisah ini dari Injil Lukas, dan selalu mengingatkan kita akan kerendahan hati Tuhan. Tuhan, yang menciptakan segala sesuatu, memilih lahir sebagai bayi lemah dan tak berdaya di antara hewan-hewan.

Palungan adalah simbol kerendahan hati Tuhan yang mau datang ke dunia untuk bersatu dengan yang lemah dan tersisih. Namun, ada makna yang lebih dalam dari palungan. Palungan adalah tempat makanan bagi hewan-hewan, tempat di mana mereka mencari makanan dan kehidupan. Dengan terbaring di palungan, Yesus menunjukkan bahwa Ia datang sebagai makanan bagi kehidupan dunia, yang menjadi dasar dari Ekaristi dan sakramen-sakramen lainnya.

Yesus datang ke dunia untuk memberikan tubuh dan darah-Nya sebagai makanan bagi kita, menyatakan kehadiran-Nya yang nyata di antara kita. Ekaristi bukan sekadar perayaan spiritual, tetapi penegasan bahwa Tuhan hadir secara nyata dalam hidup kita. Dengan menyambut Ekaristi, kita tidak hanya mengenang Yesus, tetapi diundang untuk menjadi lebih seperti-Nya.

Namun, banyak orang tidak memahami ini. Mereka melihat Ekaristi hanya sebagai upacara atau peringatan. Ini adalah salah satu alasan mengapa Gereja begitu menekankan pentingnya iman kepada Ekaristi. Kita diingatkan bahwa saat Natal, palungan adalah simbol pengorbanan Yesus, yang datang sebagai makanan agar kita dapat hidup.

Tetapi kita juga harus ingat, Ekaristi bukan hanya tentang siapa Yesus itu, tetapi apa yang Ia inginkan kita menjadi. Yesus tidak hanya datang untuk memberikan diri-Nya kepada kita, tetapi juga mengundang kita untuk menjadi seperti Dia: rendah hati, penuh belas kasihan, dan terbuka kepada orang lain.

Ekaristi mengingatkan kita akan panggilan untuk mengubah hidup kita dan menjadi lebih seperti Yesus. Kita dipanggil untuk melayani dan mengasihi orang-orang yang terpinggirkan, seperti yang dilakukan Yesus. Hanya dengan demikian, ibadah kita akan berarti dan kita dapat benar-benar merayakan kelahiran Yesus di Betlehem.

Jadi, saat kita merayakan Natal, mari kita merenungkan makna palungan dan mengingat bahwa kita dipanggil untuk menjadi lebih seperti Yesus. Semoga Natal ini menjadi momen bagi kita untuk bertumbuh dalam iman dan belas kasih. Selamat Natal.

Mediokritas Membunuh Jiwamu

 


Mediokritas Membunuh Jiwamu

Dalam hidup, kegagalan sering dianggap sebagai hal terburuk yang harus kita hindari. Tetapi, saya harap Anda mengalami sedikit kegagalan tahun ini. Bukan, ini bukan lelucon. Saya sungguh percaya bahwa kegagalan bukanlah hal terburuk yang bisa terjadi dalam hidup kita.

Yang terburuk adalah mediokritas. Ketika kita terjebak dalam keadaan yang "biasa saja," kita tidak terdorong untuk berubah. Kita tidak belajar dari kesalahan, tidak meminta bantuan, dan tidak memiliki motivasi untuk melakukan perbaikan. Kita merasa cukup, padahal hanya berjalan di tempat tanpa pertumbuhan yang berarti. Setelah 20 tahun, kita mungkin menyadari bahwa kita tidak berkembang atau mencapai tujuan hidup yang sesungguhnya.

Yesus berkata dalam Kitab Wahyu, "Aku tahu pekerjaanmu; engkau tidak dingin dan tidak panas. Karena itu, karena engkau suam-suam kuku, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." Ini berarti Yesus lebih menghargai orang yang berani mengambil sikap, bahkan jika itu salah, daripada orang yang puas dengan mediokritas. Orang yang benar-benar jatuh jauh lebih mungkin menyadari kesalahan mereka dan berbalik ke arah yang benar daripada mereka yang puas dengan keadaan yang ada.

Yesus bisa berbuat banyak dengan mereka yang berani bertindak, bahkan jika mereka salah. Dia bisa membimbing orang yang benar-benar memerlukan pertolongan. Tapi bagi mereka yang puas dan tidak merasakan urgensi untuk berubah, tidak ada yang bisa Dia lakukan.

Saudara-saudari, saya berharap Anda merasakan sedikit kegagalan, kesepian, dan kerentanan tahun ini. Bukan karena saya ingin Anda menderita, tetapi karena saya ingin Anda merasakan ketidakpuasan yang mendorong Anda untuk berubah. Jangan puas dengan keadaan sekarang. Tuhan tidak menciptakan kita untuk mediokritas, tetapi untuk mencapai kebesaran.

Di akhir hidup kita, ketika kita berhadapan dengan Tuhan, Dia tidak akan menerima alasan bahwa kita hanya menjadi "orang baik" tanpa berbuat apa-apa yang berarti. Dia menginginkan kita untuk berusaha sebaik mungkin, untuk terus berjuang menjadi lebih baik sampai akhir hayat kita.

Saat Anda memulai tahun baru ini, tanyakan pada diri Anda, di mana posisi Anda tahun lalu? Jika Anda merasa tidak ada perubahan, jangan puas. Itu bukanlah tanda bahwa Anda berada di jalan yang benar, melainkan Anda sudah kehilangan rasa urgensi untuk berkembang.

Ambillah langkah, bahkan jika itu langkah yang salah. Yang penting adalah bertindak dengan keberanian dan biarkan Tuhan mengarahkan Anda. Jangan biarkan tahun ini berlalu tanpa perubahan. Bertindaklah dengan tekad dan biarkan Tuhan mengambil alih sisanya.

8 Paus Terburuk dalam Sejarah

 


8 Paus Terburuk dalam Sejarah

Selama 2000 tahun, Gereja Katolik telah dipimpin oleh banyak paus yang luar biasa. Namun, ada juga beberapa paus yang lebih mementingkan kekuasaan daripada pelayanan. Berikut adalah delapan paus terburuk dalam sejarah dan alasan mengapa kita perlu belajar tentang mereka:

  1. Paus Stefanus VI
    Paus Stefanus VI dikenal karena tindakannya yang gila. Dia menggali jenazah pendahulunya, Paus Formosus, dan mengadilinya dalam "Pengadilan Mayat". Setelah itu, dia memotong jari-jari Paus Formosus dan membuang jenazahnya ke Sungai Tiber. Stefanus akhirnya dipenjara dan dibunuh oleh orang-orang yang muak dengan tindakannya.

  2. Paus Yohanes XII
    Dipilih menjadi paus pada usia 18 tahun, Yohanes XII menjadikan kediaman kepausan seperti tempat pesta. Dia dikenal sebagai perampok, pembunuh, dan orang yang melakukan tindakan amoral lainnya. Dia akhirnya meninggal setelah dilempar keluar jendela oleh suami dari wanita yang dia goda.

  3. Paus Benediktus IX
    Sering dianggap sebagai paus terburuk dalam sejarah, Benediktus IX menjual takhta kepausannya sendiri dan mencoba merebutnya kembali tiga kali. Meskipun banyak rumor tentang kekerasan dan perilakunya yang buruk, banyak yang menduga ini adalah propaganda untuk menjelekkan namanya.

  4. Paus Bonifasius VIII
    Seorang paus yang haus kekuasaan dan suka berkonflik. Dia memerintahkan penghancuran kota Palestrina meskipun sudah menyerah secara damai. Konfliknya dengan Raja Philip IV dari Prancis menyebabkan Bonifasius dipukuli dan akhirnya meninggal karena cedera.

  5. Paus Urbanus VI
    Setelah terpilih, dia memecah Gereja menjadi beberapa faksi karena reformasinya yang keras. Dia menyiksa dan membunuh para kardinal yang menentangnya, menyebabkan perpecahan dalam Gereja selama 40 tahun.

  6. Paus Alexander VI (Borgia)
    Alexander VI adalah bagian dari keluarga Borgia yang terkenal akan korupsi dan skandal. Dia memiliki banyak anak dari selirnya dan menggunakan uang Gereja untuk kepentingan pribadi.

  7. Paus Leo X (Medici)
    Leo X menjual indulgensi untuk membiayai pembangunan Basilika Santo Petrus. Tindakannya berkontribusi pada kemunculan reformasi Protestan oleh Martin Luther.

  8. Paus Paulus IV
    Dikenal karena kebijakan anti-Semitnya, Paulus IV memerintahkan pembuatan ghetto Yahudi di Roma dan menyiksa orang-orang Yahudi selama Inkuisisi.

Pelajaran Penting

Meskipun tindakan para paus ini memalukan, Gereja tetap berdiri kokoh. Gereja didirikan oleh Kristus dan dipandu oleh Roh Kudus, sehingga tidak ada pemimpin yang jahat dapat menghentikan Gereja dari misinya menyelamatkan jiwa-jiwa. Pengalaman ini mengingatkan kita untuk tetap beriman kepada Kristus, bukan hanya kepada manusia yang memimpin Gereja.

Ada yang Hilang dari Makna Ekaristi

 


Ada yang Hilang dari Kebangkitan Ekaristi

Menurut sebuah studi (di Amerika) pada 2019, 69% umat Katolik  menganggap Ekaristi hanya sebagai simbol, bukan tubuh dan darah Kristus yang sejati. Temuan ini memicu Gereja untuk bertindak, dengan fokus mengajarkan transubstansiasi dan mendorong adorasi. Meskipun ini penting, ada yang kurang dalam pendekatan ini.

Menjadi Tubuh Kristus

Ekaristi bukan hanya sesuatu untuk dipercaya; ia mengubah kita menjadi Tubuh Kristus. Sebagai umat, kita dipanggil menjadi:

  1. Tubuh Komuni: Bersatu sebagai satu umat. Ekaristi membuat kita lebih dari sekadar kumpulan individu, tetapi komunitas yang saling terhubung dalam Kristus. Kita menjadi satu, seperti roti yang dipecah-pecah dan dibagikan.

  2. Tubuh Pengurbanan: Seperti Kristus yang berkurban di salib, kita dipanggil untuk hidup berkurban. Menjadi murid Yesus berarti ikut ambil bagian dalam pengurbanan-Nya, memberi diri kita untuk orang lain dan menanggung beban mereka.

  3. Tubuh Misi: Ekaristi menuntut kita untuk pergi ke dunia, memberitakan kabar baik dengan semangat dan keberanian. Sebagaimana Yesus mengutus murid-murid-Nya, kita juga diutus untuk membawa harapan kepada mereka yang membutuhkannya.

Transformasi Hidup

Paus Fransiskus mengingatkan kita bahwa Gereja harus keluar dan bertemu orang-orang yang belum mengenal Yesus. Ekaristi adalah kekuatan untuk misi kita, bukan hanya simbol. Kita harus menjadi apa yang kita terima, hidup sebagai Tubuh Kristus yang aktif dan misioner.

Saat Anda menghadiri Misa, ingatlah untuk menerima Ekaristi dengan penuh hormat, tetapi juga berusaha untuk diubah olehnya. Jadilah saksi hidup Kristus di dunia.

Ketika "Kasih" menjadi bagian dari Masalah ...

 


Ketika "Amal Kasih" menjadi bagian dari Masalah ...

Sebagai orang Katolik, kita diajarkan untuk memberi makan yang lapar, memberikan tempat tinggal bagi tunawisma, dan merawat yang sakit tanpa harapan imbalan. Namun, apakah kebaikan kita selalu membawa manfaat?

Tantangan dalam Amal

Bayangkan Anda melihat seorang anak tenggelam di sungai. Tentu saja, Anda akan menolongnya. Namun, jika setiap hari ada anak yang tenggelam di tempat yang sama, mungkin ada masalah yang lebih besar yang perlu kita perhatikan.

  1. Mengambil Risiko Lebih Besar: Ketika ada jaminan keselamatan, orang cenderung mengambil risiko lebih besar. Jika ada dapur umum atau penampungan, orang mungkin merasa tidak perlu berusaha keras karena selalu ada bantuan.

  2. Mengalihkan Tanggung Jawab: Ketika amal kita menggantikan peran pemerintah atau perusahaan, kita membiarkan mereka lepas dari tanggung jawab. Kenapa harus mengeluarkan biaya untuk mengatasi kemiskinan jika organisasi amal sudah melakukannya?

Pendekatan yang Lebih Cerdas

Kita tidak boleh berhenti membantu, tetapi kita perlu lebih cerdas dalam cara kita melakukannya. Jangan hanya fokus pada bantuan jangka pendek, tetapi juga pikirkan solusi jangka panjang untuk masalah ini. Misalnya:

  • Cari Akar Masalah: Mengapa ada begitu banyak orang yang membutuhkan bantuan? Apakah ada jembatan yang rusak atau pendidikan yang kurang?

  • Berikan Dukungan yang Diperlukan: Ada orang yang membutuhkan lebih dari sekadar makanan gratis. Beberapa mungkin memerlukan pendidikan, bimbingan, atau bahkan dukungan moral untuk mengubah hidup mereka.

Kesimpulan

Tuhan mengingatkan kita bahwa orang miskin akan selalu ada. Tetapi itu tidak berarti kita memberikan semua yang mereka minta tanpa berpikir panjang. Kita harus mengenal mereka, memahami masalah mereka, dan memberikan apa yang mereka benar-benar butuhkan, bukan hanya apa yang membuat kita merasa baik.

Dengan pendekatan ini, kita tidak hanya memberikan bantuan, tetapi juga memberikan harapan dan kesempatan untuk masa depan yang lebih baik.

Cara yang Benar untuk Menginjili

 


Cara yang Benar untuk Menginjili

Raniero Cantalamessa, pengkhotbah rumah tangga kepausan, pernah menyebutkan bahwa kita sering salah memahami perumpamaan tentang domba yang hilang. Dalam dunia kita saat ini, 99 domba yang hilang adalah mereka yang meninggalkan Gereja, sementara kita hanya fokus pada satu yang tersisa. Padahal, fokus kita seharusnya pada mereka yang tersesat.

Bagaimana Kita Dapat Menggembalakan Domba yang Hilang?

Berikut adalah empat cara untuk menginjili dan menarik kembali mereka yang telah pergi:

  1. Tawarkan Program yang Menarik:

    • Fokuslah pada kebutuhan orang di luar Gereja. Kebanyakan orang tidak akan tertarik datang ke acara keagamaan yang asing bagi mereka. Buatlah acara yang relevan, seperti malam trivia untuk anak muda atau malam film keluarga. Ini dapat menarik mereka yang merasa kesepian atau tidak memiliki tempat berkumpul.
  2. Hadir di Dunia:

    • Keluar dari kenyamanan Gereja dan temui orang-orang di lingkungan mereka. Sebagai umat beragama, kita harus menunjukkan kehadiran kita. Bagi para imam dan biarawan, mengenakan pakaian religius di tempat umum bisa menjadi tanda nyata iman. Bagi yang lain, cobalah menjelajahi tempat baru dan bertemu orang-orang baru.
  3. Bangun Hubungan:

    • Kenali nama orang-orang di sekitar Anda dan jalin percakapan. Jangan mencoba mengkonversi orang seketika, tetapi mulailah dengan membangun persahabatan dan kepercayaan. Orang lebih cenderung mendengarkan teman daripada orang asing.
  4. Berani Mengundang:

    • Meskipun kita harus menghormati kebebasan orang lain, kita juga harus berani mengundang mereka ke cara hidup baru. Kita percaya bahwa Yesus adalah jalan, kebenaran, dan kehidupan, dan penting untuk menyampaikan pesan ini dengan kasih dan keberanian.

Kesimpulan

Setiap domba yang hilang berharga bagi Tuhan, dan kita bertanggung jawab untuk mencarinya. Jangan takut untuk mengambil risiko, mengundang mereka kembali ke Gereja, dan membantu mereka menemukan kebahagiaan sejati. Mulailah dengan menawarkan program menarik, hadir di komunitas, membangun hubungan, dan berani mengundang orang ke dalam iman.

Anda bisa melakukannya. Kita semua mengandalkan Anda.

Apakah Ada Bukti Tuhan Ada? Ya

 


Apakah Ada Bukti Tuhan Ada? Ya

Di seluruh dunia, miliaran orang percaya pada Tuhan sebagai pencipta yang maha mengetahui dan maha kuasa. Mungkin sulit dimengerti bagi sebagian orang, tetapi bagi umat Katolik, keyakinan ini tidak didasarkan pada harapan kosong atau logika yang salah. Kami percaya ada bukti nyata tentang keberadaan Tuhan yang dapat ditemukan dalam Kitab Suci, doa pribadi, dan wahyu pribadi. Selain itu, ada argumen filosofis yang secara logis menunjukkan keberadaan Tuhan. Mari kita lihat beberapa argumen ini dan apa artinya bagi iman kita.

Argumen Kosmologis: Penyebab Pertama

Argumen kosmologis adalah yang paling terkenal, mengajukan bahwa segala sesuatu yang ada pasti disebabkan oleh sesuatu yang lain. Misalnya, kita ada karena orang tua kita, yang ada karena orang tua mereka, dan seterusnya. Namun, rantai ini tidak bisa berlanjut selamanya, harus ada penyebab pertama yang tidak disebabkan oleh apa pun, yang kita sebut Tuhan. Dalam hal ini, Tuhan adalah penyebab awal dari semua yang ada.

Argumen Ontologis: Konsepsi Tuhan

St. Anselm berpendapat bahwa jika kita bisa memikirkan Tuhan sebagai sesuatu yang lebih besar dari apa pun yang dapat kita bayangkan, maka Tuhan pasti ada. Jika Tuhan hanya ada dalam pikiran kita, maka keberadaan nyata-Nya akan lebih besar dari konsep kita. Jadi, Tuhan harus ada dalam kenyataan, karena tidak ada yang lebih besar dari Tuhan yang dapat dibayangkan.

Argumen Moral: Hukum Alam Semesta

Melihat sifat manusia di seluruh dunia, kita melihat kesamaan moral yang mencolok. Misalnya, pembunuhan berdarah dingin dianggap salah di mana-mana. Ini menunjukkan bahwa ada hukum moral yang tertanam dalam kita, yang tidak dibuat oleh manusia tetapi dituliskan oleh Tuhan di hati kita. Tuhan yang bijaksana menanamkan moral ini sebagai panduan bagi umat manusia.

Argumen Teleologis: Desain dan Tujuan

Melihat kompleksitas alam semesta, dari partikel subatomik hingga kedalaman otak manusia, tampaknya mustahil semua ini terjadi secara kebetulan. Ada keteraturan, keindahan, dan tujuan yang jelas di alam semesta, menunjukkan bahwa pasti ada pencipta yang cerdas—Tuhan. Seperti arloji yang rumit, alam semesta membutuhkan seorang pencipta yang cerdas untuk menciptakannya.

Kesimpulan

Argumen-argumen ini menunjukkan bahwa dunia penuh dengan bukti keberadaan Tuhan, dan pikiran kita mampu memahaminya secara logis. Namun, tidak semua orang akan yakin hanya dengan argumen ini. Iman adalah karunia yang memungkinkan kita untuk benar-benar memahami Tuhan. Bagi umat Kristen, argumen-argumen ini bukanlah senjata untuk melawan skeptis, tetapi alat yang membantu memperkuat keyakinan kita dan menunjukkan bahwa iman kita didasarkan pada logika dan penalaran yang kuat.

Mungkin Media Sosial Bukan Untuk Anda...

 


Mungkin Media Sosial Bukan Untuk Anda...

Internet mungkin adalah penemuan terbesar dalam sejarah kita. Dengan internet, kita bisa mendapatkan informasi, lagu, video, dan gambar dari seluruh dunia. Kita bisa menghubungi orang-orang dari belahan dunia lain dan membeli barang apa pun hanya dengan satu klik. Internet telah digunakan untuk menjatuhkan kediktatoran, menyebarkan demokrasi, dan menyebarkan kabar baik. Internet memang memberikan banyak manfaat dan bisa digunakan untuk tujuan yang luar biasa oleh beberapa orang. Tetapi, bagaimana dengan Anda?

Cobalah bertanya pada diri Anda sendiri: apakah hidup Anda lebih baik dengan adanya internet dan media sosial? Apakah Anda lebih bahagia dengan TikTok? Apakah Instagram membuat Anda lebih puas? Apakah Facebook membantu membangun kebajikan dalam diri Anda? Apakah waktu yang Anda habiskan di YouTube membuat Anda lebih baik secara mental, emosional, fisik, dan spiritual?

Bagi sebagian orang, jawabannya mungkin ya. Mereka menggunakan media sosial untuk menyebarkan kebahagiaan dan kebenaran, terhubung dengan orang-orang tercinta, dan belajar tentang keajaiban dunia. Itu bagus, teruskan!

Namun, bagi sebagian lainnya, media sosial bisa menjadi sumber penderitaan mental dan emosional yang besar. Banyak orang, terutama remaja putri, merasa tidak puas dengan tubuh mereka, cemas dengan penampilan, rendah diri, dan depresi. Media sosial bisa menjadi tempat untuk menyalurkan amarah dan agresi, bahkan untuk membully, membenci, dan menyebarkan kebencian. Hal ini membuat saya sedih melihat orang-orang yang mengaku Kristen, tetapi berkata hal-hal yang tidak pantas di media sosial.

Ada juga yang menggunakan media sosial untuk menyebarkan dan terjebak dalam informasi yang salah. Informasi sensasional dan kontroversial sering kali mendapat perhatian lebih, sehingga ketakutan menyebar, kebohongan diperbesar, dan pendapat yang ekstrem menjadi sorotan. Media sosial bukan untuk orang yang mudah tertipu atau lemah hati.

Bagi sebagian orang, media sosial adalah kecanduan dopamin yang selalu menginginkan lebih tetapi tidak pernah terpenuhi. Berjam-jam menggulir, mendapat sedikit kesenangan sesaat, kemudian merasakan rasa bersalah, malu, dan hampa. Sementara itu, ada banyak kebajikan yang bisa tumbuh jika waktu tidak terbuang. Ada buku yang bisa dibaca, hubungan yang bisa dipelihara, petualangan di alam yang bisa dilakukan, doa yang bisa didaraskan.

Saat kita mengevaluasi tindakan kita, kita tidak hanya perlu melihat dampaknya pada diri kita. Kita harus mempertimbangkan apa yang bisa kita lakukan sebagai gantinya. Adakah hal lain yang lebih baik yang bisa kita lakukan dengan hidup kita?

Pertanyaan Penting

Maka saya ajukan pertanyaan penting ini: Apakah media sosial membuat Anda lebih dekat dengan keselamatan dan Kerajaan Surga? Jika ya, teruskan. Ada banyak sumber daya dan peluang luar biasa yang bisa kita manfaatkan. Namun, jika tidak, jika media sosial malah membuat hidup Anda kurang bahagia dan menjauhkan Anda dari keselamatan, maka saya sarankan Anda untuk berhenti menggunakannya. Hapus akun Anda. Jangan masuk lagi. Jika media sosial menjauhkan Anda dari Kristus, ini adalah keputusan mudah untuk menjauh dan tidak pernah kembali.

Yesus mengajarkan hal ini kepada murid-muridnya. Dalam Khotbah di Bukit, Injil Matius, Ia mengatakan, jika matamu menyebabkan kamu berdosa, cungkil dan buanglah. Lebih baik kehilangan satu anggota tubuh daripada seluruh tubuh dilempar ke neraka. Jika tanganmu menyebabkan kamu berdosa, potong dan buanglah. Lebih baik kehilangan satu anggota tubuh daripada seluruh tubuh masuk neraka.

Ini tidak hanya berlaku untuk media sosial, tetapi juga untuk hal-hal lain yang membuat kita jauh dari Tuhan. Mungkin media sosial tidak menyebabkan Anda berdosa, tetapi ada hal lain seperti alkohol, makanan tertentu, tempat tertentu, atau orang tertentu. Jika hal-hal ini menyebabkan Anda berdosa, Anda perlu menghindarinya.

Sebagai manusia, kita seringkali lupa dan fokus pada saat ini tanpa memikirkan masa depan. Kita harus berhenti membuang waktu dan menyadari bahwa tidak ada yang lebih penting daripada keselamatan kita. Saatnya untuk membuat perubahan besar, terutama menjelang masa Prapaskah. Periksalah hidup Anda di media sosial dan buat penyesuaian yang diperlukan.

Untuk beberapa dari Anda, ini mungkin berarti mengenali godaan khusus yang ditimbulkan oleh media sosial dan mengubah pendekatan Anda. Mungkin Anda tidak kesulitan dengan nafsu, tetapi mengalami masalah dengan harga diri. Mungkin Anda pandai mengatur waktu, tetapi menjadi tidak ramah dalam komentar.

Lakukan pemeriksaan batin setelah Anda menggunakan ponsel sebentar dan lihat apakah ada yang perlu diubah. Mungkin pengalaman media sosial Anda tidak sepenuhnya sia-sia, tetapi ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki.

Untuk yang lain, ini mungkin berarti menghentikannya sepenuhnya, baik untuk 40 hari sebagai percobaan atau selamanya. Internet memang bisa menawarkan banyak manfaat, tetapi jika tidak membuat Anda tumbuh dalam kesucian, lebih baik menjauhinya. Beberapa orang bisa minum alkohol tanpa masalah, sementara yang lain tidak bisa. Dibutuhkan kerendahan hati dan keberanian untuk menyadari bahwa Anda termasuk dalam kelompok yang terakhir.

Apakah Anda memiliki kerendahan hati untuk mengakui bahwa Anda memiliki masalah? Apakah Anda memiliki keberanian untuk melakukan apa yang perlu Anda lakukan? Jika ada yang membuat Anda jauh dari surga, sekaranglah saatnya untuk memutuskan hubungan. Lebih baik diterima di surga dengan satu tangan dan tanpa smartphone daripada masuk neraka dengan semua aplikasi yang bisa Anda bayangkan.